RINDU RUMAH AYAH

zekrinaldi
Chapter #3

MENINGGALKAN KELUARGA #3

Dan saat itu aku mulai memikirkan betapa gak pantasnya aku berada dirumah itu.seharusnya aku tinggalkan saja rumah itu, yang tak pernah memberiku rasa nyaman,tak pernah kudapatkan keramahan.

aku menangis hancur memikirkan rumah yang seharunya nyaman untukku tapi slalu tak pernah menginginkan kehadiranku,rasanya asing diduniaku sendiri,lalu aku pikirkan untuk meninggalkannya saja.

memang sangat hancur bagiku..,bagaimanapun juga sangat besar harapanku untuk bahagia..ayah..,bunda..andai kalian lihat besarnya sayangku tak akan mungkin terfikir olehku untuk mengecewakan kalian dan gak akan aku tinggalkan kalian..ayah..,rindunya ku elusan tanganmu dikepalaku.,bunda..seringku harapkan pembelaanmu dan juga pelukanmu,mungkin jika kau beri aku kesempatan itu tak akan peduli aku dengan rasa sakit apapun itu.pelukanmu adalah obat mahal bagiku..tak bisa aku beli sampai sekarang.,jujur..kubangga punya bunda sangat berbakti pada ayah dan mengajari kami berbakti dengan bakti yang sama,tapi bunda kalah untuk menjadi ibuku..,bunda gak bisa menjadi ibuku.bunda tutup pelukan bunda yang seharusnya menjadi tempat pengaduanku.

malam yang sunyi ini…tapi ribut yang aku rasakan hati dan fikiranku terus berdebat,terus bertengkar,mereka pertengkarkan antara aku harus pergi atau bertahan demi kerinduanku pada dukungan mereka.jikalah aku tak pergi mungkinkah besok aku masih terbangun didunia yang sama,dunia yang sangat cuek padaku,dunia yang tak menyambut bangunku.atau bisakah besok aku lebih baik.

BAB 3 MENINGGALKAN KELUARGA

Meninggalkan keluarga adalah keputusanku, yang aku ambil setelah keributan malam itu, yang ada dalam fikiranku saat itu hanya lelah, capek, rasanya lebih baik kalau aku tinggalkan saja mungkin kalau aku pergi mereka akan sadar dengan ketidak adilan yang selama ini aku terima.

aku minta adrian menjemputku diam-diam.aku keluar dari pintu jendela kamarku. jendela kamarku berada dibelakang, diluarnya hanya ada hutan suasana yang sangat mendukung, tetangga tidak akan ada yang melihatnya. aku hanya bawa sedikit baju dan semua tabunganku untuk memudahkan perjalananku, tanpa ada tujuan aku keluar dari rumah, aku loncati jendela kamarku yang tingginya tak seberapa. aku lihat adrian yang sembunyi dibalik pepohonan yang sedari tadi menungguku. raut wajahnya sangat siap untuk membawaku pergi, sementara aku.., aku hancur saat meninggalkan rumah itu, aku sedih…tapi kepalaku hanya dipenuhi dengan bayang-bayang masa lalu, masa dimana keadilan bukan milikku, keadilan selalu cuek terhadapku.

sebelum pergi masih kusempatkan untuk memandang kebelakang, melihat rumah itu dengan kesedihan yang mendalam..disana yang seharusnya istana tempatku berasal disana yang memberikanku luka, disana..aku berharap ada alasanku untuk tertawa ceria, tapi semuanya hanya tinggal pengharapanku saja, semuanya seolah tak berhak aku dapatkan.

adrian terus memanggilku dari kejauhan “ila….cepat..!”katanya memanggil sambil melambai padaku, suaranya juga pelan terdengar sangat waspada. tapi aku tak menyahutnya, karna aku sibuk memandang pintu jendela rumah itu.

“andai rumah itu pernah memberiku memori yang bahagia atau bisa menahan kepergianku sekarang..aku tak akan pergi ayah, aku takkan pergi bunda..”kata hatiku yang mengeluh dan tak terima harus meninggalkan rumah sendiri.

melihatku tak bergeming dengan panggilan adrian, adrian sontak langsung menarikku lari masuk kedalam hutan semak dibelakang rumah.

“nanti ada yang melihat kita ila..!”ujarnya sambil menggenggam erat tanganku, dan terus menarikku pergi dari sana. kupandang terus rumahku yang terus menghilang dan semakin hancur aku, begitu juga dengan tangisanku semakin deras pula aku menangis.

Lihat selengkapnya