Rindu, Selau Kejadian Lama

Muhammad Alfi Rahman
Chapter #9

Orang baru

"Kau kuliah nak?," tanya seorang tua disampingku. Orang tua itu berperawakan tinggi, jangkung, tak ada rambut sama sekali di wajahnya tapi kerutannya cukup banyak. Ia memakai kaos oblong dan celana training, menikmati air putih yang dipesannya gratis dari warung ini.

"Iya pak, saya kuliah," jawabku.

"Kau pasti orang pintar," katanya.

"Tidak juga. Saya orang beruntung," kataku.

Ya, aku memang beruntung.

"Apa yang ingin kau dapatkan saat kuliah?," tanyanya.

"Ilmu. Mungkin," jawabku sambil menggaruk-garuk kepalaku. Kenapa orang tua bisa bertanya sedalam ini. Kemarin saat aku Ospek tidak pernah ditanya seperti ini. Dosen dan orang tuaku juga tak ada yang menanyai begitu.

"Ya kau benar. Kau harus mendapatkan ilmu," katanya.

"Baik pak," jawabku.

Setelah cukup lama bercengkrama, orang ini adalah tukang sapu dijalanan sekitar sini. Jangan kau pikir dia hanya menyapu kelas lokalan saja, dia ternyata tukang sapu kelas internasional. Nyatanya, ia pernah beberapa tahun bekerja di Taiwan, meski disana jadi tukang sapu juga. Aku tak tahu bagaimana latar belakang orang ini, tapi ia pernah bilang kalau ia pernah ke Belanda dan ke Jepang tanpa perlu pergi kesana.

"Kau tidak percaya aku pernah ke Belanda dan ke Jepang, padahal aku tidak pernah kesana?," tanyanya.

"Tidak. Saya tidak percaya," jawabku.

"Aku lahir tahun 1941, setahun sebelum Jepang datang dan mengusir Belanda. Aku sebenarnya lahir di tanah kekuasaan Belanda. Lalu Jepang datang, aku hidup di tanah yang dikuasai oleh Jepang. Berarti juga, aku pernah ke Belanda dan ke Jepang. Meski aku tidak pernah kesana," katanya.

"Oh, iya juga," kataku.

"Tapi ya, itu dijajah. Sekarang kita merdeka," katanya.

"Iya pak."

"Aku senang kita merdeka, tapi aku juga khawatir kita merdeka," katanya lagi.

"Khawatir kenapa pak?," tanyaku.

"Sudahlah, minumlah kopimu keburu dingin," katanya sambil berdiri, lalu berjalan pergi meninggalkanku.

Aku garuk-garuk kepalaku sendiri sekarang. Memang apa yang dikhawatirkan dari kemerdekaan, bukankah itu hal yang menyenangkan. Setiap tanggal 17 Agustus, banyak sekali kegiatan yang dilakukan. Doa bersama, lomba panjat pinang dan banyak hal lagi yang menurutku menyenangkan. Apa yang perlu dikhawatirkan memangnya.

"Hey mas, kau tadi berbincang dengan orang tua tadi?" tanya penjaga warung.

"Iya pak," jawabku.

"Jangan kau dengar orang itu. Dia orang sedikit sinting," katanya.

"Begitu?" tanyaku.

"Iya, sudahlah, jangan dengarkan dia," kata penjaga warung ini.

Sedikit berbincang, ternyata memang orang-orang mengenalnya sebagai orang yang banyak omong. Aku tak tahu nama orang tua tadi, tapi kata penjual kopi orang sini menyebutnya sebagai mbah botak. Sama seperti rambutnya yang botak. Orang tidak ada yang percaya dengan omongannya, apalagi penampilannya seperti itu. Tukang sapu dan apa memangnya manfaat dari mendengar omongannya.

Lihat selengkapnya