Aiden yang baru saja sampai di rumah disambut oleh pelayannya, Brain. "Selamat datang, Tuan Muda," ucap Brain dengan hormat.
Aiden tidak membalas ucapan selamat datang dari Brain. Dia hanya masuk ke rumahnya dengan langkah tenang. Di dalam, ibunya menghampirinya dengan senyum hangat. Penampilan ibu Aiden sangat mewah, dan dia memegang segelas minuman bersoda di tangannya. "Bagaimana harimu, Anakku?" tanya ibunya dengan lembut.
"Saya baik, Ibu. Bagaimana keadaan bisnis Ibu?" tanya Aiden dengan nada sopan.
"Bisnis Ibu sangat lancar, Anakku. Setelah kamu lulus sekolah, kamu harus meneruskan bisnis kita. Jangan sampai kemiskinan datang kepada keluarga kita," jawab ibunya dengan anggun.
Saat mereka sedang berbicara, suara ayah Aiden terdengar dari lantai dua. "Anakku, kamu harus tahu berita gembira ini," seru ayahnya sambil menuruni anak tangga dengan wajah cerah.
"Kabar gembira apa itu?" tanya Aiden dengan rasa penasaran.
"Sebentar lagi kamu akan memiliki adik perempuan," jawab ayahnya sambil merangkul istrinya dengan penuh kasih sayang.
"Adik perempuan?" Aiden mengulangi dengan nada untuk memastikan.
"Iya, adik perempuan. Dan ayah telah mempersiapkan nama untuk adikmu," lanjut ayahnya dengan senyum bangga.
Aiden yang begitu gembira tersenyum tipis dan bertanya, "Siapa namanya, Ayah?"
"Namanya adalah Athena," jawab ayahnya dengan tegas dan bangga.
Mendengar nama itu, Aiden merasa ada harapan baru di dalam keluarga mereka. Meski kehidupannya di sekolah penuh dengan kekacauan dan tantangan, di rumah, dia merasa mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya. Kehangatan keluarga ini memberinya kekuatan untuk menghadapi semua rintangan yang ada.
Aiden kemudian duduk bersama keluarganya di ruang tamu yang mewah. Mereka berbicara tentang masa depan dan rencana keluarga. Ibunya menceritakan bagaimana bisnis keluarga telah berkembang pesat dan berharap Aiden bisa meneruskan kesuksesan itu. Ayahnya menambahkan bahwa mereka akan selalu mendukung Aiden dalam setiap langkahnya.
"Kamu harus ingat, Aiden," kata ayahnya dengan serius, "keluarga adalah yang paling penting. Apapun yang terjadi di luar sana, di sekolah atau di mana pun, kita selalu ada untuk satu sama lain."
Kata-kata ayahnya mengingatkan Aiden bahwa meskipun dia memiliki banyak tantangan di sekolah, dia masih memiliki keluarga yang selalu mendukungnya. Keberadaan adik perempuan baru, Athena, juga memberi Aiden harapan dan semangat baru untuk menjadi lebih baik. Dia tahu bahwa dia harus menjadi teladan bagi adiknya dan meneruskan warisan keluarga dengan kebanggaan.
Saat malam tiba, Aiden berada di kamarnya, merenungkan hari itu. Pertemuannya dengan Luna di sekolah dan berita tentang adik perempuan baru membuatnya berpikir banyak. Dia sadar bahwa perubahan besar sedang terjadi dalam hidupnya, baik di sekolah maupun di rumah. Dan dia harus siap menghadapi semuanya dengan kepala tegak.
Setelah mengetahui bahwa ibunya sedang mengandung adik perempuannya, Aiden menjadi sangat protektif. Dia selalu berada di samping ibunya, menjaga setiap langkahnya. Ketika ibunya pergi ke supermarket untuk membeli sayur-sayuran, Aiden dengan setia menemani. Di dalam supermarket, Aiden merasakan ada yang tidak beres. Dia menyadari bahwa mereka diikuti oleh seseorang.
Dengan tangan yang mengepal, Aiden siap menghadapi ancaman yang mungkin datang. "Ada apa, Aiden?" tanya ibunya dengan cemas.
Aiden tersenyum tipis untuk menenangkan ibunya. "Tidak, Ibu, tidak ada apa-apa."