Luna tiba di rumahnya yang sepi, membuka pintu dengan hati yang berat. Ia tinggal sendirian semenjak kejadian yang mengubah kehidupannya secara drastis. Dahulu, Luna sangat sombong dan tidak jauh berbeda dengan sifat Aiden. Tapi sekarang, kehidupan Luna penuh dengan kesedihan dan penyesalan.
Luna pergi melihat foto keluarganya yang dipajang di dinding ruang tamu. Alih-alih merasa bahagia, Luna merasakan kesedihan yang mendalam. Keluarganya kini tidak tahu tentang dirinya, bahkan tidak mengenalnya sama sekali. Ia mengingat kejadian malam itu, yang mengubah segalanya.
Pada malam itu, Luna sedang berjalan di halaman rumahnya yang sangat besar. Di kejauhan, ia melihat seseorang berdiri di belakang rumah. Merasa curiga, Luna segera berlari ke arah orang itu dan menerjangnya dengan tendangan kuat. Orang itu terkapar dan tak sadarkan diri. Tangan Luna secara tidak sengaja menyentuh jam kalung dengan angka romawi yang tergantung di leher orang itu. Seketika, cahaya kilat menyilaukan mata Luna, mengaburkan pemandangannya.
"Terima kasih," ucap seorang pria dengan suara lembut. "Waktu akan mengubah semuanya," lanjutnya sebelum menghilang dalam kilatan cahaya.
Luna segera memanggil penjaga dan pengawal rumahnya. Namun, saat mereka tiba, mereka menanyakan siapa dirinya dengan nada kebingungan. "Jangan bercanda," ucap Luna dengan keangkuhan yang biasa.
Tak lama, kedua orang tua Luna datang karena mendengar suara keributan. "Ada apa ini?" tanya ibu Luna dengan nada khawatir.
"Ibu, lihat! Pengawal menentang perintahku," ucap Luna dengan nada marah.
Namun, ibunya menatapnya dengan kebingungan. "Ibu? Kamu siapa? Penjaga, usir wanita ini," perintah ibunya dengan tegas.
Ayahnya berlari menuju pria yang terkapar di tanah. "Anakku, kau tidak apa-apa?" tanya ayahnya penuh kekhawatiran. "Penjaga, usir wanita itu. Dia menyakiti anakku. Usir!" teriak ayahnya.
Pengawal segera memukul Luna hingga pingsan. Ketika ia sadar, Luna mendapati dirinya dibuang di kota yang sangat jauh dari rumahnya. Semenjak hari itu, kehidupan Luna berubah total. Ia tidak lagi menjadi anak yang manja dan sombong. Kehidupannya penuh dengan perjuangan dan penyesalan.
Hari-hari berlalu dengan cepat. Luna harus belajar hidup sendiri, bekerja keras untuk bertahan hidup. Semua kemewahan dan kenyamanan yang dulu dimilikinya hilang seketika. Luna menyadari betapa sombong dan angkuhnya ia dulu. Ia mulai mengubah dirinya, menjadi lebih rendah hati dan bijaksana.
Di sekolah, Luna mempertahankan sikap cueknya, namun hatinya telah berubah. Ia tidak lagi mencari perhatian atau penghormatan dari orang lain. Sebaliknya, ia fokus pada diri sendiri, mencoba menemukan kedamaian dan tujuan dalam hidupnya yang baru.
Pertemuannya dengan Aiden menjadi momen penting bagi Luna. Meski terlihat keras dan dingin, Luna merasa ada kesamaan antara dirinya dan Aiden. Keduanya pernah berada di puncak popularitas, namun akhirnya harus menghadapi kenyataan pahit yang mengubah hidup mereka.
Kini, Luna berdiri di depan cermin, menatap dirinya sendiri. Ia tidak lagi melihat gadis sombong dan angkuh yang dulu. Yang ada di hadapannya adalah seorang perempuan yang telah melalui banyak hal, belajar dari kesalahan, dan menjadi lebih kuat karenanya. Luna bertekad untuk menjalani hidup dengan cara yang lebih baik, tidak lagi terperangkap dalam bayang-bayang masa lalunya.
Kehidupan memang penuh dengan kejutan dan perubahan yang tak terduga. Luna sadar bahwa waktu bisa mengubah segalanya, dan ia siap menghadapi apapun yang akan datang di masa depan. Luna berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak pernah kembali menjadi gadis yang sombong dan angkuh. Ia akan terus maju, mencari kebahagiaan dan kedamaian yang sejati.