Rindu Waktu

Baggas Prakhaza
Chapter #5

Ketertarikkan yang tidak terduga

Malam itu, Aiden duduk di beranda rumahnya, memandangi bintang-bintang yang bersinar terang di langit malam. Dengan secangkir kopi di tangannya, ia merenung tentang banyak hal. Aiden yang selama ini selalu fokus pada dirinya sendiri dan keluarganya, kini mulai memikirkan seorang gadis bernama Luna. Kepribadian Luna yang tegas dan berbeda dari gadis-gadis lain telah menarik perhatiannya. Ia tersenyum sendiri saat memikirkan Luna, sebuah senyuman tulus yang jarang muncul di wajahnya.

 Di halaman rumah, ibunya dan Athena sedang bermain. Athena yang masih kecil memperhatikan kakaknya yang tersenyum sendiri dan merasa bingung. "Ibu, lihat kakak, ia tersenyum sendiri. Apakah kakak sudah gila?" tanyanya dengan polos.

 Ibunya tersenyum lembut dan menggendong Athena ke pangkuannya. "Tidak, anakku. Kakakmu sedang jatuh cinta untuk pertama kali," jawabnya dengan lembut.

 "Cinta?" tanya Athena kembali, masih kebingungan.

 "Iya, cinta. Suatu saat kamu akan bertemu juga dengan cinta pertamamu. Tapi ingat, cinta pertama sangatlah istimewa dan bisa membuat orang yang merasakannya menjadi lebih dewasa," ucap ibunya sambil membelai rambut Athena.

 "Apakah cinta itu sakit?" tanya Athena lagi dengan mata yang besar dan penasaran.

 "Tidak-tidak, cinta itu sendiri tidak menyakitkan. Yang bisa menyakiti adalah orang yang tidak menghargai atau memahaminya," jawab ibunya sambil tersenyum.

 Tak lama kemudian, Aiden menyadari keberadaan ibunya dan Athena yang sedang memandangi dirinya. "Cinta!" teriak Athena dengan suara nyaring, membuat Aiden semakin merasa malu. Ia segera bergegas masuk ke kamarnya, wajahnya merah padam karena malu.

 Di dalam kamarnya, Aiden duduk di tepi tempat tidurnya, mencoba memahami perasaannya. "Cinta? Apakah benar aku jatuh cinta?" gumamnya pada dirinya sendiri. Selama ini, ia selalu berpikir bahwa cinta adalah sesuatu yang remeh dan tidak penting. Namun, kehadiran Luna mengubah pandangannya. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda ketika berada di dekat Luna, sesuatu yang membuatnya merasa hidup dan penuh semangat.

 Aiden mengingat bagaimana Luna berdiri tegak melawan dirinya, bagaimana tatapan matanya yang tegas dan sikapnya yang dingin. Semua itu membuat Aiden merasa tertantang dan tertarik pada Luna. Ia tersenyum kecil, merasa aneh dengan perasaannya sendiri.

 "Aku harus lebih mengenalnya," pikir Aiden. "Mungkin dia adalah jawaban dari semua kebingunganku selama ini."

 Keesokan harinya, Aiden pergi ke sekolah dengan tekad baru. Ia ingin lebih dekat dengan Luna dan memahami lebih banyak tentang gadis yang telah mengubah hidupnya. Di sekolah, Aiden melihat Luna sedang berbicara dengan teman-temannya. Ia merasa gugup, sesuatu yang jarang terjadi padanya. Namun, ia tahu bahwa ia harus mengatasi rasa gugupnya dan mendekati Luna.

 Dengan langkah mantap, Aiden berjalan menuju Luna. Teman-teman Luna segera memperhatikan kedatangannya dan memberikan jalan. Luna menatap Aiden dengan tatapan dingin seperti biasa, namun ada sedikit kilatan di matanya yang menunjukkan bahwa ia juga tertarik.

 "Apa kau punya waktu nanti?" tanya Aiden dengan suara tenang namun penuh harapan.

Lihat selengkapnya