Heh, kamu!”
Aku menoleh dan jantungku langsung berdebar. Aduh! Buru-buru, aku membatalkan niat menaiki pagar dan langsung berlari. Tudung jaket hitamku, yang tadinya menutupi rambutku terjatuh. Angin menyapa rambutku yang kuikat ekor kuda dan sudah lepek karena seharian belajar di ruang kelas yang pengap. Buru-buru, kupakai lagi tudung itu. Telanjur terlihatkah?
“Hei, itu siapa namanya!” Jantungku sekarang berpacu kencang. Harusnya, Pak Udin, kan, lagi keluar?! Bagaimana ini?! Aku berlari kencang melewati bagian belakang kelas-kelas. Terdengar teriakan-teriakan. Ketika aku menoleh ke belakang, kulihat guru berseragam krem itu dengan mata terbelalak lebar tampak bersemangat menangkapku. Ya Allah. Aku tidak boleh tertangkap. Rok ini sungguh mengganggu! Kenapa tadi aku tidak menggantinya dengan celana dulu?!
Aku berusaha sekuat tenaga berlari lebih kencang dan berbelok. Segerombolan anak laki-laki yang sedang mengobrol sambil mengepulkan asap tembakau, menoleh kepadaku, tampak kaget.