Rintik dan Rincik di Istanbul

Eka Retnosari
Chapter #11

HOŞ GELDiNiZ (SELAMAT DATANG) IV

Dua pengemudi pabrik kain Nedir Aras menemukan kata henti di salah satu jalan yang tidak dilalui oleh satu pun kendaraan. Keduanya tidak memiliki janji pada awalnya. Dua lelaki dengan tinggi di atas seratus tujuh puluh memakai kemeja dengan warna yang sama. Cokelat muda yang permukaannya dilapisi rompi tebal berwarna merah.  

“Kau punya rokok?” tanya lelaki pertama yang memiliki rambut cokelat hingga bahu. Ia baru saja turun dari mobil pengangkut kain yang bagian belakangnya masih menyisakan ruang untuk beberapa kotak, kalau-kalau seorang penduduk Istanbul datang menghampiri untuk menitipkan sedikit barang untuk ia sampaikan kepada seseorang yang memiliki tujuan yang sama dengan mobil pengangkut kain. Menerima titipan barang bukanlah bagian dari rincian pekerjaan yang harus dilakukan oleh seorang pengemudi yang digaji seribu TL perbulan. Namun, ketika ia dan pengemudi lain mencoba hal yang belum pernah mereka coba, hasilnya sangat menggiurkan. Meskipun tak rutin, mereka mendapatkan tambahan uang sebanyak tujuh puluh hingga seratus lima puluh TL setiap bulan. Biasanya, pengemudi yang berjalan sendiri-sendiri itu akan berjumpa dengan penitip ketika mobil pengangkut kain sedang melintasi deretan apartemen tanpa izin yang setiap halamannya dipenuhi papan reklame supermarket dan selebaran salah seorang calon gubernur yang sangat membutuhkan suara orang-orang untuk masa depan.  

Pengemudi mobil pengangkut kain tidak menetapkan tarif pada awalnya. Mereka boleh memberikan berapa pun dari yang mereka punya. Tentunya dengan jumlah yang tak sama dengan biaya yang harus mereka keluarkan dengan menitipkan barang ke kantor pos terdekat. Orang-orang tak bisa menunggu selama dua atau tiga hari. Seseorang di kota atau wilayah yang sedang dituju oleh pengemudi harus segera mendapatkan paket yang sebagian dibungkus rapi, namun lebih banyak paket yang dibungkus tak rapi. Pengemudi yang berjumlah lebih dari satu itu, tak pernah lupa menanyakan isi dari paket yang dititipkan orang-orang.  

“Apa isinya?” tanya salah seorang pengemudi. 

“Sebuah gaun. Aku adalah seorang penjahit. Seseorang memesan gaun itu untuk menghadiri acara pernikahan,” jawab seseorang yang menitip.  

Pada mulanya, pengemudi mobil pengangkut kain itu masih sempat untuk memeriksa isi dari setiap paket. Ia akan meminta penitip untuk membuka bungkusnya agar pengemudi itu benar-benar meyakini apa yang didengarnya. Jika paket itu benar-benar berisi gaun, ia akan berkata tamam lalu meminta seseorang untuk kembali merapikan paketnya. Nedir Aras menetapkan waktu yang sama bagi pengemudinya. Satu hari adalah waktu paling lama untuk jarak terjauh yang bisa ditempuh oleh mobil pengangkut kain. Dua jam adalah waktu paling singkat yang bisa ditempuh oleh seorang pengemudi untuk menyampaikan kain ke salah satu tempat di Istanbul. Selama menempuh perjalanan, pengemudi tidak diperkenankan untuk menyalakan telepon genggam atau mengadakan percakapan yang sia-sia. Setiap saku celana mereka tidak dibekali sekotak rokok ataupun sekotak korek atau pemantik yang bisa menyalakan sebatang nikotin pembunuh sepi. Bekerja dengan tanpa saling bertukar kata atau sapa menjadi hal yang tidak sulit untuk diikuti oleh pengemudi. Terlebih ketika mereka sedang menempuh perjalanan terjauhnya, demi menyampaikan kain-kain.   

   Seiring waktu, pengemudi anti keterlambatan tak lagi sempat untuk meminta setiap penitip itu meyakinkan pengemudinya tentang isi dari paket-paket yang dititipkannya dengan tarif antara sepuluh hingga tiga puluh lima TL. Dengan cepat, sambil memperkirakan jumlah detik yang tersisa dari waktu tempuh yang telah dijadwalkan, pengemudi itu akan segera meminta penitip untuk menyerahkan berapa pun dari yang mereka miliki.  

 “Uang…” ucap salah seorang pengemudi, dengan tangan menengadah. Penitip yang namanya tidak mereka ketahui akan dengan segera menyerahkan uang yang mereka miliki. Uang itu berpindah tempat ke tengah dompet pengemudi yang sebagian besar isinya telah berpindah tangan ke kotak uang istri-istri mereka. Pengemudi tidak pernah menanyakan kartu identitas ataupun nomor yang harus mereka hubungi sekadar menyampaikan pemberitahuan bahwa paket yang mereka titip telah tiba di pintu rumah seseorang di Antalya, Izmir, Büyükçekmece, ataupun Küçükçekmece. Orang-orang itu akan tahu saat penerima paket itu memberinya kabar melalui media sosial ataupun panggilan telepon.   

 “Dia sudah datang?” tanya pengemudi yang tingginya lebih rendah dari pengemudi berambut panjang sebahu yang hampir seluruh helaian rambutnya bermandikan keringat musim panas.   

 “Kau bisa lihat sendiri,” jawab rekan sesama pengemudi yang kanan dan kirinya dipenuhi rambut putih. Ia berusia tiga belas tahun lebih tua daripada pengemudi yang sangat mendambakan rokok. Ia memiliki empat anak yang dua di antaranya telah bersekolah. Dua di antaranya harus menunggu tabungan yang cukup meskipun usia mereka telah jauh melampau usia yang tepat baginya bersekolah.  

 Lebih dari sepuluh menit lamanya, dua pengemudi itu telah menyalakan pemantik dan mengembuskan kepulan terpanjangnya. Pengemudi yang usia dan penampilannya lebih tua telah tiba lebih dulu daripada ia yang memiliki tubuh tinggi dan rambut yang basah. Jalanan itu adalah perbatasan antara dua kota yang kanan dan kirinya dipenuhi kawat dan pagar besi berbentuk persegi panjang. 

“Mungkin ia tak jadi datang,” ucap pengemudi tinggi yang pesimis.  

“Ia bilang, ia akan datang,” ucap pengemudi yang telah terbiasa menyikapi keterlambatan dan ketidakbiasaan.  

Lihat selengkapnya