Rintik dan Rincik di Istanbul

Eka Retnosari
Chapter #21

İYİ GUNLER (SEMOGA HARİMU MENYENANGKAN) V

Seorang pencuri akan mengambil emas di atas meja lalu berkata bahwa hal itu terjadi karena kelalaian. Seseorang yang berhati baik tak akan mengambil emas meskipun ia melihat emas itu diletakkan di atas meja. Namun, seorang pencuri akan tetap mencari emas itu meskipun ia tersembunyi di dalam laci yang terkunci, di mana pun yang tak terlihat. Atau terlihat, namun tak bisa dibuka. Zehra Hakan pernah berujar pada bulan-bulan pertama pernikahan ketika untuk pertama kalinya, apartemen mereka dimasuki seorang pencuri. Entah apa yang sedang dilakukannya. Nedir Aras menampar pipinya sebanyak satu kali sebagai hukuman. Ada yang hilang, yaitu jam tangan emas yang pernah dihadiahkan oleh Mirac Aras kepadanya.

Berkali-kali Zehra Hakan berkata bahwa ia tidak mengetahui peristiwa tersebut. Zehra Hakan telah memastikan semua pintu dan jendela telah tertutup. “Apakah kau yakin telah menguncinya?” tanya Nedir Aras. “Aku tidak tahu. Aku tidak tahu,” Zehra Hakan memegangi pipinya yang tidak pernah mendapatkan tamparan. Ia belum menangis. Ia berusaha menjelaskan. Ia telah melakukan hal paling baik yang bisa dilakukannya sebagai seorang istri yang belum memiliki anak. “Apakah kau memasukkan orang lain ke dalam rumah?” tanya Nedir Aras.

“Tidak. Tentu saja tidak,” Zehra Hakan menjawab. Hal yang kemudian dilakukannya. Ia mendapatkan tamparan yang kedua, masih di pipi yang sama. Ia hampir menangis. Nedir Aras mencari dan memastikan tak ada barang lain yang hilang dari apartemen pertama. Tak ada yang hilang selain jam tangan yang harganya tak akan bisa didapatnya dari keuntungan yang diperolehnya sebagai seorang bos pabrik kain.

“Lagi pula jam tangan itu tak pernah kau pakai,” ucapnya, pelan, sambil memegangi pipinya yang ngilu. Nedir Aras menamparnya sekali lagi di bagian yang sama.    

Sebuah mobil van biru dengan gambar burung kuning yang mengepakkan sayap, baru saja meninggalkan pabrik kain Nedir Aras. Dalam hati ia berjanji, tak akan menerima barang titipan dari orang-orang yang biasa menghentikan mobil vannya di perbatasan, di jalanan dengan kawat yang memagari setiap kendaraan yang melintas. Hari itu adalah hari yang terakhir baginya. Pistol yang tak sampai kepada seseorang yang memesannya di luar kota, ia gunakan. Seorang kawan yang pernah menjadi rekan kerja di pabrik tekstil yang kini bergabung dengan puluhan pabrik lain telah berhenti memproduksi berbagai jenis barang dagangan. Mereka tak bisa bersaing dengan pabrik lain yang memiliki jumlah cadangan modal yang melimpah, dengan penanam modal yang setia pada keuntungan kecil, namun kontinyu. Pengemudi mobil van Nedir Aras membuang pistol itu pada salah satu danau yang ia lintasi setelah menunaikan tugas tambahan yang membawanya pada tiga ratus TL yang indah. Ia sempat mengajukan protes kepada salah satu pebisnis perempuan yang adalah seorang asing yang telah tinggal di Istanbul selama lima belas tahun. Ia mendapatkan TL lebih banyak dari lima lelaki yang berhasil menemukan dan membawa perempuan yang telah menjadi mayat. Ia tidak mendapatkan bagian yang sama banyak.

“Mengapa aku harus membayarmu lebih?” tanya ia yang memiliki lebih dari sepuluh nama panggilan.

“Karena aku yang memegang pistol itu,” pengemudi mobil van berkulit cokelat itu berkata sambil menggenggam pistol yang telah tak memiliki peluru.

Lihat selengkapnya