Pagi harinya, ketika satu persatu mobil van biru dengan burung kuning di sudut mulai memasuki halaman belakang pabrik Nedir Aras, penjaga keamanan pabrik yang belum tidur, tak menemukan satu pun mobil van yang dikemudikan oleh pengemudi mobil van Nedir Aras yang berwarna cokelat. Keterlambatan sangat tidak dikenal di lingkungan kerja lelaki yang tidak suka memakai dasi itu. Ia, dengan sangat terpaksa, harus mencatat nama dan nomor plat mobil van yang dikemudikan oleh pengemudi mobil van Nedir Aras.
Pengemudi itu telah memasuki ruang istirahatnya masing-masing. Menyerahkan kartu berisi rute yang telah ditempuhnya pada hari itu. Sebagian merebah di atas sofa tua yang memiliki beberapa lubang di beberapa bagian. Sebagian memainkan telepon genggam di tangan, memutar beberapa nomor untuk menghubungi istri atau beberapa kenalan yang diperkenalkan oleh seseorang ataupun perempuan yang baru diketahui namanya dari cerita pengemudi mobil van Nedir Aras.
Pengemudi yang berambut panjang sebahu, yang memiliki tinggi lebih dari pengemudi lain, bersandar di kursi yang berhadapan dengan pesawat komputer yang tidak menyala. Ruangan tempat mereka beristirahat tak memiliki televisi sehingga waktu tunggu selama beberapa jam, biasanya mereka lalui dengan sesekali mengobrol atau meregangkan otot-otot tubuh mereka yang telah duduk di depan kemudi selama berjam-jam. Tak lama kemudian, tanpa menunggu panggilan, seorang pegawai Nedir Aras yang biasa memasak di dapur dengan celemek putih, muncul dengan nampan berisi teh hangat berjumlah sembilan.
Masing-masing mendapatkan satu gelas. Tak ada camilan karena camilan terhidang di meja makan saat waktu makan siang tiba. Pengemudi yang telah tiba itu segera mengambil gelas. Delapan gelas telah dalam genggaman. Tinggal satu gelas saja yang tertinggal di atas nampan yang kemudian ia letakkan di atas meja. Pengemudi Nedir Aras yang berambut sebahu adalah lelaki pertama yang mengemukakan pertanyaan tentang pengemudi kesembilan yang belum juga muncul.
“Ke mana perginya ia?” pengemudi Nedir Aras yang berambut panjang itu menyebutkan nama. Mereka mulai menyadari ketiadaan. Satu hal yang tidak pernah dilakukannya.
Bisa saja ban mobil van itu terpecah kemudian ia dengan sangat terpaksa harus membawanya ke bengkel. Menggantinya dengan yang baru agar selamat hingga halaman belakang pabrik Nedir Aras. Mereka pada akhirnya bercakap saja. Tak membahas salah satu pengemudi yang datang terlambat. Saat makan siang tiba, mereka belum juga berjumpa dengan pengemudi Nedir Aras yang telah memiliki tiga anak dan memiliki banyak uban di rambut. Di depan pintu ruang makan, pengemudi Nedir Aras akan bertemu dengan pegawai pabrik yang memiliki jadwal masuk pukul enam pagi. Rambut mereka tertutupi penutup kepala dari bahan plastik warna senada dengan kemeja biru muda yang kancingnya terbuka di leher.