Rintik dan Rincik di Istanbul

Eka Retnosari
Chapter #24

İYİ GUNLER (SEMOGA HARİMU MENYENANGKAN) VIII

Salah satu siang pada musim panas yang ramai oleh berita tentang pemilu yang masih jauh. Taman kota penuh dengan orang-orang yang membakar ayam dan melemparkan tulang secara sembarang. Pada tulang-tulang itu, terdapat darah merah muda yang sebagiannya masih tersarang dalam sela-sela gigi pengunyahnya. Mobil berisi seorang pedagang properti terparkir di salah satu dahan yang jatuh bersamaan dengan petir, pada suatu hari.

Mobil putih yang tidak memiliki kaca belakang itu dikemudikan oleh seorang lelaki bertubuh tinggi yang memiliki tugas untuk membuai penghuni apartemen di seberang taman. Apartemen itu merupakan apartemen kelas menengah, dihuni oleh beberapa pendatang, dan warga Istanbul yang bekerja di pusat kota.

Sebagian di antara mereka adalah pekerja di perusahaan yang dikendalikan oleh Mirac Aras yang adalah seorang pengacara. Lelaki bertubuh tinggi itu selalu memastikan dirinya bahwa ia tak akan pergi ke luar dengan tanpa memakai jeli di seluruh permukaan rambut. Angin tak akan menerbangkan satu helai pun. Setiap hari, ia akan menyapa setiap penghuni potensial yang memiliki kemungkinan untuk pindah dari apartemen itu.

Pada bulan sebelumnya, lelaki itu telah berhasil membuat seorang istri dari seorang pekerja membatalkan rencana kepindahan. Hal yang dilakukannya adalah dengan cara membuatnya jatuh hati, terpikat, hingga akhirnya tak ada satu pun apartemen lain yang akan memasuki pikirannya. Ia bekerja sama dengan tim manajemen dan beberapa penghuni yang telah tinggal lebih lama darinya. Ia berjalan melintasinya selama beberapa kali. Melihat ke arahnya dengan penampilan terbaiknya yang tak akan mungkin bisa ditiru oleh suami perempuan itu. Sekali, dua kali, ia mengajukan pertanyaan. Tentunya dengan tatapan, suara, dan nada yang dibuat berbeda agar ia lekang dalam ingatan. Ketika ia telah berhasil membuat perempuan itu memutuskan untuk tinggal lebih lama, manajer apartemen akan memberinya bonus, di luar dari gaji yang biasa diterimanya.

Setelah tuntas dengan pekerjaannya menangani perempuan itu, pedagang properti itu akan beranjak untuk menangani penghuni apartemen lain yang perempuan dan lajang serta berusia lebih muda. Menangani penghuni semacam itu tentu lebih mudah. Karena ia tinggal sendiri, pikirannya akan lebih mudah dirasuki oleh iklan yang ia tawarkan sambil lalu. Pada waktu-waktu tertentu, pedagang properti itu akan berdiri di taman seberang apartemen, berdiri dengan kedua tangan tenggelam dalam dua saku jaket yang kopong.

Lelaki itu akan tegak lurus dengan jendela perempuan penghuni apartemen. Ia akan menunggu hingga perempuan penghuni apartemen itu muncul di jendela kaca. Pedagang properti itu akan melakukannya selama berulang kali pada keesokan hari. Lalu keesokan hari dan seterusnya. Puncaknya adalah saat pedagang properti itu bersama mobil putih yang tak memiliki kaca belakang, memarkirkan diri, tepat di depan jendela kamar. Perempuan itu akan tersipu, hatinya akan menghangat karena buaian jarak jauh yang dilakukannya.

Ia akan membakar daun-daun, ranting-ranting, hingga asap itu dapat terlihat dari jendela perempuan penghuni apartemen. Perempuan itu kemudian akan menyalakan semua penghangat ruangan di apartemen. Dari ruang kamar hingga ruang tamu. Ia akan mengguyur tubuh di bawah pancuran, dengan air hangat yang ia tambah tingkat kepanasannya. Jika ia lupa memadamkan lampu kamar mandi, ia akan membiarkannya begitu saja tanpa sedikit pun rasa khawatir. Ia akan membiarkan lampu kamarnya menyala, begitu pula dengan lampu ruang tamu. Ia akan memesan taksi, membeli pakaian-pakaian baru, membeli banyak bahan makanan untuk memenuhi setiap ruang di lemari pendingin. Saat ia melintasi lobi tempat pedagang properti itu berada, mereka akan beradu mata. Lelaki itu akan membuatnya terbakar atau cemburu dengan membandingkannya dengan penghuni perempuan lain.

Lihat selengkapnya