Rintik dan Rincik di Istanbul

Eka Retnosari
Chapter #31

İYİ GUNLER (SEMOGA HARİMU MENYENANGKAN) XIV

Ia menggenggam kunci mobil yang gemerincingnya membangkitkan perempuan muda itu untuk beranjak dari kursi yang sedang diduduki. Ia datang ke sekolah untuk sebuah keperluan. Dengan mobil SUV biru yang dicuci secara khusus di tempat cuci mobil yang untuk menunggunya, ia memerlukan waktu sebanyak satu cangkir kopi.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya perempuan muda itu dengan senyuman paling manis dari yang ia punya.

"Saya ingin bertemu dengan kepala sekolah," jawabnya. Anaknya yang usianya tak jauh berbeda dengan usia Ehsan, tampak sedang memainkan permainan di telepon genggam.

Perempuan muda itu segera menjanjikan bahwa ia akan menghubungi kepala sekolah sesaat lagi. Perempuan muda itu mempersilakan seorang nyonya untuk menempati sofa yang berhadapan dengan Zehra Hakan. Perempuan muda itu menghubungi kepala sekolah dengan pesawat telepon. Dipanggilnya dengan sapaan paling merdu dari yang bisa ia lakukan. Kepala sekolah itu datang tak lama kemudian. Ia menghampiri tamu bermobilnya yang merupakan orang tua dari salah satu murid yang bersekolah. Mereka memasuki ruangan dengan membawa obrolan sebagai pembuka. Seorang perempuan berusia empat puluhan yang adalah pelayan sekolah masuk ke ruangan itu untuk mengantarkan dua gelas çay dalam gelas tulip seukuran genggaman tangan Zehra Hakan.

Guru Selim muncul satu jam kemudian. Dengan spidol hitam dan buku di genggaman. Ia tidak tersenyum. Wajahnya tampak seperti kemacetan di sepanjang ruas jalan Istanbul pada pukul lima sore. Atau pukul delapan pagi. Ia tak perlu memastikan apakah Zehra Hakan adalah ibu dari Selim. Ia sudah tahu hanya dengan melihatnya. Guru Selim duduk di samping Zehra Hakan, di salah satu kursi cokelat yang tak berpenghuni. Ia tidak menanyakan kabar. Ia melaporkan segala aktivitas yang dilalui oleh Selim selama belajar. Bahwa Selim adalah anak yang tidak terlalu suka berbicara, namun bukan berarti tidak bisa berbicara. Ia menyebutkan salah satu contoh dengan menyebutkan sebuah nama.

Seorang anak perempuan yang adalah anak seorang pengusaha kaya dan memiliki banyak relasi di Istanbul. Ia sudah pasti pintar. Setiap kali tiba baginya untuk berbicara, semua orang akan menyimaknya. Pertama, agar mereka tidak kehilangan kesempatan untuk mendengar setiap kata dan kalimat yang diucapkannya. Kedua, agar mereka tidak dilaporkan sebagai anak yang tidak hormat kepadanya karena tidak mendengarkannya. Semua orang menyangkanya akan menjadi yang nomor satu. Dalam hal akademik, maupun pergaulan dengan teman-teman sekelasnya. Namun, terjadi beberapa hal yang membuat guru Selim terkejut. Tidak semua pertanyaan dalam soal ujiannya mampu dijawab oleh anak pengusaha kaya itu. Semua pertanyaan dalam soal ujiannya selalu bisa dijawab oleh Selim. Tak seorang pun siswa di kelasnya tahu tentang itu.

Mereka sama seperti seluruh penduduk di Istanbul pada umumnya, menyangka Selim sebagai anak yang tidak tahu jawaban-jawaban di kunci jawaban. Makanannya adalah sosis, roti lapis berisi mentega dan cokelat, serta susu kotak cokelat yang isinya selalu dilahapnya seorang diri di pojok ruangan kelas. Saat orang lain menatapnya, ia akan mengalihkan bola mata. Saat orang lain menertawakan sepatunya, ia akan menundukkan kepalanya. Dengan tundukan yang sangat dalam sehingga orang-orang semakin ingin menertawakannya. Guru Selim tak percaya bahwa Selim bisa mengetahui semua itu. Anak pengusaha kaya saja yang bisa melakukannya. Karena itulah ia perlu memanggil Zehra Hakan. Bukan untuk menemukan alasan.   

Lihat selengkapnya