Rintik dan Rincik di Istanbul

Eka Retnosari
Chapter #36

İYİ GUNLER (SEMOGA HARİMU MENYENANGKAN) XIX

Ia menghadiri pesta pertama dalam hidupnya. Meski keempatnya tidak memakai seragam,--pakaian yang sama, warna, dan motif, Nedir Aras telah membeli kado atau bingkisan biru tua yang diletakkannya di meja penerima tamu. Zehra Hakan berkata kepada Nedir Aras betapa bahagianya ia.

“Aku boleh ikut? Sungguh?” tanya Zehra Hakan sebelumnya. Nedir Aras mengangguk. Pesta itu dihadiri oleh banyak orang yang berpenampilan sama dengan Nedir Aras. Celana lipit yang terlihat seperti angka sebelas yang bagian tengahnya memiliki lipatan yang akan tetap terlihat seperti itu meskipun ia dalam posisi duduk. Jasnya memiliki warna yang sama. Sepasang pakaian yang tak mungkin diserahkan kepada Zehra Hakan untuk dicuci dan dikembalikan seperti semula.

Sehari sebelumnya, Nedir Aras mengambil pakaian itu di binatu paling ramai di pinggiran Sişli, pada perjalanan pulang dari pabrik dan percakapan-percakapan rahasianya dengan pengemudi Nedir Aras. Ungu adalah warna yang dipilihnya untuk dasi yang kilapannya dapat terlihat dari jarak lima meter. Di depan pintu tempat seorang lelaki berdasi kupu-kupu berjaga, ada Zehra Hakan yang saat itu sedang menggendong Ehsan yang masih beradaptasi dengan orang-orang yang dilihatnya. Selim memegangi bagian pinggir pakaian terbaik yang dimilikinya. Pakaian terusan putih yang memiliki hiasan berupa brokat di pinggir. Tanpa kilap dan bordir. Kain warna kuning emas menjadi pilihan kedua setelah kain biru yang dilipat dan dimasukkannya kembali ke dalam lemari pakaian.

“Selamat datang, Nedir Bey,” penerima tamu memberikan salam penghormatan tanpa menyalami. Ia tak perlu memeriksa wajah dan nama yang tertera dalam deret nama tamu dalam daftar tamu undangan seorang pengusaha tanpa istri. Penerima tamu tak melihat keberadaan Zehra Hakan beserta kedua anaknya. Mereka melewatinya dan memasuki tiga meter pertama ruangan acara. Beberapa pengusaha yang telah menggenggam gelas sirup masing-masing menghampiri Nedir Aras. Menyapa, menanyakan kabar, dan menyalami. Mereka memuji hasil kerja keras Nedir Aras yang telah melampaui beberapa orang yang telah memulai usaha yang sama pada waktu bersamaan.

Zehra Hakan dan kedua anaknya berusaha menyamai langkah. Mereka berdiri di belakang Nedir Aras. Zehra Hakan berusaha untuk tidak bersuara. Ehsan melingkarkan tangan, lebih erat ke leher ibunya. Ke Zehra Hakan yang selalu menyanyikan lagu kesayangan setiap kali hendak tidur, setelah membisikkan doa yang harus dibaca oleh umat muslim setiap kali hendak tidur. Lima menit waktu yang diperlukan oleh orang-orang untuk mencari tahu tips yang bisa membuatnya sukses. Nedir Aras menjawab seperlunya.

“Apa rencanamu setelah ini, Nedir Bey?” tanya seorang perempuan berbibir merah menyala. Dengan rambut kuning terurai hingga bahu. Dengan sejuntai belahan di tengah, namun ditutupi kalung dengan bandul yang bisa memantulkan wajah orang yang berdiri di hadapan.

“Mungkin aku akan mempertimbangkan beberapa ekspansi,” gumam Nedir Aras.

“Ekspor barangkali?” gumam perempuan yang kemudian mengiringi pertanyaannya dengan senyuman bergeligi.

“Mungkin,” jawab Nedir Aras.

Lihat selengkapnya