Pemancing telah berdatangan bersamaan dengan deretan klakson yang diperdengarkan oleh pengemudi taksi kuning. Deretan lelaki berjumlah puluhan memadati jembatan Bosphorus yang warna birunya belum tiba pada titik paling terangnya. Kail pancing terlempar ke kedalaman yang ketika tersangkut tanpa sengaja dapat membuat beberapa lelaki tersebut naik pitam. Pada tanggal-tanggal tertentu, lelaki-lelaki yang gemar memancing itu akan lebih mudah marah. Merona merah di kedua pipi. Tak jauh dari jembatan Bosphorus, terdapat lautan manusia yang tak sabar menunggu trem jurusan Eminönü. Sebagian orang menenggelamkan kedua tangan ke dalam kantung baju dan menandai wajah setiap orang yang berpapasan.
Mereka menyeberangi jalan setelah sebuah kereta yang melintas dari kawasan Sultan Ahmet melaju dengan membawa sedikit penumpang. Seorang perempuan tua tanpa memakai kain di kepala dan seorang lelaki muda dengan mata dalam dan hidung lancip menyerupai sebuah sudut. Di sebelah kiri jalan, terdapat barisan piyango yang menjual berbagai jenis lotere bagi penganggur yang berharap bisa mendapatkan banyak uang dalam satu malam. Lelaki-lelaki berjaket dan perempuan-perempuan yang rajin mengepulkan asap dari mulut itu, menebak angka berapakah yang akan membawanya pada keberuntungan.
Mereka tak peduli seandainya berpapasan atau bertemu dengan salah seorang penghuni yang tinggal di apartemen yang sama. Hujan turun tipis. Lebih tipis dari kilatan yang muncul tanpa mengeluarkan suara. Orang-orang belum tiba pada usia paling tuanya untuk mendengarkan. Tak jauh dari tempat lotere itu dijajakan, lelaki bertopi dan bermantel penuh hingga ke leher, mengiklankan hal yang sama. Berlembar-lembar kertas berisi harapan yang entah apakah akan bertukar dengan hadiah ataukah musibah.
Mereka adalah calo yang bertugas menaikkan harga lembaran lotere itu hingga dua kali lipat. Orang-orang yang sebagian besar adalah penganggur, lebih memilih untuk bergabung dengan antrean. Sekalipun hujan menerpa kedua pipi mereka yang ditutupi perona pipi merah muda dan goresan bilangan usia, mereka tak pernah bosan menghabiskan waktu mereka dengan menunggu. Mereka menetapkan harga dan jumlah TL yang harus dirogoh. Namun, selalu saja orang-orang akan berkata tak apa pada jumlah TL yang lebih yang harus mereka keluarkan. Ada waktu yang harus mereka kejar.
Selain kereta dan orang-orang yang menunggunya dengan sejumlah pertanyaan, "Apakah kali ini berhasil?" Di seberang lautan pengantre lembaran lotere, terdapat jalan lengang menuju pertigaan. Pelancong dan siapa pun yang berjalan-jalan pada Minggu, harus memilih antara deretan museum ataukah Masjid Eminönü yang masih direnovasi. Meski begitu, orang-orang masih diizinkan untuk melakukan salat di dalamnya atau melihat-lihat bagi mereka yang bukan muslim. Ibu Zehra Hakan berada di antara orang-orang yang berjalan di keramaian. Ia tidak membeli selembar pun lotere.