Nuray Petek mengiyakan semua pendapat yang menentang pendapat dan menganggapnya sebagai masukan yang sangat berharga. Ia adalah perempuan yang terbuka pada segala kritik, nasihat, dan masukan. Sambil tersenyum, kedua tangannya yang ramping beserta sepasang kaki yang jenjang akan melemparkan senyuman. Ia lebih sering memakai merah muda di bibirnya yang memiliki bagian lebih tipis di atas dan lebih tebal di bawah. Ia memiliki tahi lalat yang bisa dengan mudah tertangkap oleh kamera saat kamera amatiran mengambil gambar dari arah samping kanan bawah. Saat ia berdiri di hadapan penyimaknya, sepatu hak tingginya akan tegak berdiri tanpa membuatnya terjatuh.
“Seperti pedang atau pisau yang kita genggam. Kita dapat menggunakannya untuk membuat potongan apel atau mengiris nadi lengan sendiri atau menusukkannya ke punggung orang lain yang kita benci. Seperti itulah media sosial. Namun, media sosial adalah contoh nyata dari kehidupan yang sedang kita jalani. Mungkin kita pernah membaca atau menemukan seseorang yang memutuskan untuk menyerah dengan hidup. Mempercepat kematian sendiri setelah melewati berbagai macam keadaan sulit. Mendapatkan pengabaian, dimusuhi, tidak dilihat, disepelekan, dihina, disindir, diusir, dibandingkan dengan sosok lain, dipermalukan, disebarkan aib, dibantai bersama-sama dengan kata-kata atau lebih dari itu, dan dilecehkan.
Finansial, profesi, fisik, hal yang dapat membuat seseorang kehilangan rasa percaya diri dan tak memiliki harga diri. Penghargaan atas dirinya kepada dirinya sendiri akan tiada secara perlahan. Ia akan memandang dirinya sebagai seseorang yang hina karena tak ada satu pun manusia di dunia ini yang bisa melihat, terlebih lagi menerima kelebihan yang ada pada diri,” Nuray Petek menguraikan.
Disebutkannya seorang tokoh yang dulu pernah mengisi layar kaca. Seorang perempuan berusia tiga puluh lima tahun yang pernah mencapai tingkat popularitas yang tinggi ketika ia masih memiliki karier. Ia memiliki massa yang jumlahnya sebanyak jumlah nama yang bisa ditemukan oleh penghuni dunia maya di media sosial. Hal yang sama akan terjadi saat ia menuruti suaminya yang tentunya tidak akan pernah melepaskan karier. Istri harus menggantung raket, meletakkan helm yang biasa dipakai berkendara di jalan, berhenti menyalakan alarm yang biasanya dapat ia nyalakan sesuka hati. Sama seperti yang terjadi di media sosial, ia akan mengalami alur yang sama. Orang-orang tak lagi memanggilnya, orang-orang memilih orang lain sebagai objek berburu informasi yang akan mendatangkan keuntungan. Ia akan terlupakan tanpa harus menunggu waktu yang lama.
Ketika ia memilih jalan lain untuk tetap bisa membuatnya terlihat memiliki hidup seperti hidup yang dimiliki oleh orang lain, tak akan ada satu orang pun yang memercayai. Jika ia berkoar tentang bumi yang berbentuk bulat, orang-orang tak akan menggubris. Jika ia membuat buku, orang-orang tak akan percaya bahwa itu adalah karya yang pernah ditulisnya pada suatu hari. Kalaupun iya, orang-orang akan menertawakannya secara langsung di hadapannya ataupun di belakangnya. Jika ia berkata tentang luka, orang-orang akan menganggapnya aneh. Berapa banyak dari kita yang masih memiliki penghormatan kepada orang lain di luar kita?” tanya Nuray Petek. Hening. Tak seorang pun menjawab.