Rintik dan Rincik di Istanbul

Eka Retnosari
Chapter #55

AFiYET OLSUN (SELAMAT MAKAN) XIX

Nuray Petek menyambut dengan senyuman hangat dan tangan terbuka. Mereka berfoto secara bergantian dengan telepon genggam masing-masing. Setelahnya, Nuray Petek bergegas menelusuri koridor hotel dengan sambil memeluk buket bunga merah muda. Bulan belum tiba pada salah satu musim semi ataupun musim panas yang setiap masa panen akan berbunga. Salju masih turun meskipun jumlahnya tak akan pernah cukup untuk ditampung di dalam cangkir berisi cokelat hangat. Minuman kesukaan Nuray Petek.

Asistennya yang berada di dalam ruangan khusus pembicara seorang pengacara muda yang tak pernah merasakan kekalahan sekali pun dalam hidup itu telah menyiapkan secangkir yang melegakan. Nuray Petek berkata hai dan membaringkan tubuh di atas sofa cokelat tua dengan sandaran kaki sejajar dengan tubuh lima puluh kilo. Ia menghela napas panjang. Tangan kanannya menerima secangkir penuh berisi tepung bubuk biji cokelat yang telah mengalami percampuran dengan dua blok gula putih, tiga sendok krimer, dan susu hangat yang telah dikocok hingga memiliki buih. Nuray Petek mencium aromanya. Dengan mata terpejam, dihirupnya minuman cokelat itu.

Dalam sekejap, ingatan tentang puluhan kepala berlainan yang menyimaknya raib digantikan oleh pemandangan deretan jadwal yang menanti untuk segera dipenuhi. Namanya semakin terdengar setelah ia memenangkan kasus seorang pesohor yang menjadi korban perundungan dunia maya setelah mengalami turun pamor. Itu adalah kasus pertamanya yang membuatnya harus melahap banyak buku tentang psikologi, seluk-beluk manusia, dan berdiskusi dengan banyak sekali ahli. Ahli hukum, yaitu ayahnya sendiri. Seorang profesor di bidang kejiwaan pun ia temui. Ia senang karena bisa bertemu dengan seseorang yang adalah karib ayahnya.

Lima jam adalah waktu yang dihabiskannya untuk bertanya, mendengarkan, melakukan perekaman, dan mencatat hal-hal penting dan berharga. Manusia memiliki banyak sekali sel dalam dirinya yang harus segera dibebaskan. Tidak semua orang bisa melakukannya. Sebagian besar manusia di dunia, memilih untuk tetap tinggal bersama kerangkeng-kerangkeng yang dibawanya dari masa lalu atau masa kecil. Kerangkeng besar berisi segala ingatan dan pengalaman buruk yang bertabrakan dengan kerangkeng-kerangkeng lain yang ditemuinya di kehidupan yang tengah dijalaninya baru-baru ini. Beberapa orang memang beruntung karena telah berhasil menghancurkan kerangkeng-kerangkeng yang telah berkarat itu sehingga ketika ia menjalani kehidupan baru, tak ditemuinya lagi kesulitan yang membuatnya harus berjuang untuk melepaskan diri dari kerangkeng yang memenjarakan.

Lihat selengkapnya