Rintik dan Rincik di Istanbul

Eka Retnosari
Chapter #62

OZUR DiLERiM (MAAF) V

Hujan pun turun setelah langit bergantian memberikan tempat bagi awan. Entah pukul berapa. Istri Zeki Hakan sedang berdiri di depan deretan tombol bel yang belum dideringkan. Pada detik kesekian ribu yang pernah ditempuh dalam hidup, ia menduduki anak tangga paling atas. Masing-masing anak tangga itu berwarna cokelat. Dengan permukaan yang kasar dan penuh oleh jejak kaki yang tak dibersihkan oleh petugas kebersihan. Dari arahnya duduk, sebuah apartemen dengan cat kuning membuatnya menoleh. Seorang perempuan dengan kain hitam di kepala sedang mengintipnya dari balik tirai. Orang-orang itu telah berhasil menyingkirkan keberadaan Zehra Hakan dari lingkungan tempat mereka tumbuh, tinggal, dan bertukar kabar. Telah lama mereka melakukan perundingan-perundingan rahasia dengan pemimpin rumah tangga. Ia yang dipercaya sebagai seorang pemegang segala rahasia mengenai orang-orang yang sebaiknya disingkirkan dari suatu tempat, kelak, pada waktu-waktu tertentu, akan menyampaikan segala jenis laporan kepada Yang Terhormat Nedir Aras. Pada kemudian hari, pada waktu-waktu tertentu yang telah direncanakan, Nedir Aras akan melakukan hal yang sama. Melaporkannya kepada Yang Terhormat Mirac Aras. Nama Zehra Hakan tak lagi terdengar atau bahkan tercantum dalam daftar penghuni distrik Fatih. Ia telah menjadi mayat sejak tiga tahun sebelumnya, ketika Mirac Aras memerintahkan semua orang yang tinggal di Istanbul untuk melakukan segala cara agar Zehra Hakan mau mengangkat pisau kemudian mengiris urat nadinya sendiri atau menarik senapan dan meledakkan isi kepalanya yang kosong. Perempuan paling memalukan yang bahkan tak bisa mengingat nomor telepon, telah berulang kali selamat dari kematian yang telah disiapkan untuknya sejak lama. Puluhan kendaraan berat seperti truk sampah, truk semen, dan bus kota yang penuh oleh manusia telah melaju dengan membawa perintah untuk melakukan semacam kecelakaan yang disengaja. Bukan sekali itu saja ia mengalami insiden terjatuh karena ditabrak kendaraan seperti mobil atau motor pribadi. Pada suatu waktu, Zehra Hakan yang sedang dilanda kepanikan karena menerima kabar dari Nedir Aras tentang kunjungan keluarga Mirac Aras, diperintahkannya untuk pergi ke luar rumah. Membeli bahan makanan atau minuman dan kue-kue lezat yang selalu gagal dibuatnya. Dalam perjalanan menuju toko kue, seseorang tak dikenal mendorong tubuhnya hingga memasuki sebuah lubang sedalam 1,70 meter. Beruntung karena saat itu, tak ada setetes pun air yang mengalir ataupun menggenang dalam lubang tersebut. Kepalanya mengalami luka ringan. Namun, sikut kirinya mengalami ngilu hingga berhari-hari lamanya. Bahkan, berminggu-minggu lamanya. Nedir Aras tidak menanyakan asal-muasal peristiwa tersebut. Lagi pula, tak ada satu pun kunjungan yang datang setelahnya. Kedua anaknya mengalami kebahagiaan melimpah karena kue-kue yang jumlahnya melimpah. Ketika memasuki angka tujuh tahun usia pernikahan, orang-orang semakin melakukan segala upaya, kerja keras, agar bisa menyingkirkan Zehra Hakan dari pernikahannya bersama Nedir Aras. Pun dari keberadaannya di lingkungan tempatnya tinggal. Dari dunia yang sedang mereka tinggali. Desas-desus kemudian dilahirkan. Ramai orang yang memberinya tatapan mengapa, anak siapa, kepada kedua anaknya, dalam perjalanan mereka dari apartemen ke tempat Selim bersekolah pada perjalanan pulang. Mereka melemparkan kapas berlumuran darah dan perban, tepat ke atas kepalanya. Seseorang dari atap apartemen melemparkan barang-barang lain pada keesokan harinya. Kertas berisi kata-kata mutiara yang isinya mengingatkan Zehra Hakan bahwa setiap manusia boleh berpasangan dengan seseorang yang memiliki derajat yang sama. Nedir Aras berada pada tingkatan paling tinggi dari setiap anak tangga yang telah ditempati oleh setiap manusia. Zehra Hakan berada pada tempat yang salah. Ia harus kembali tinggal di gecekondu, di tempat ia pernah dilahirkan dalam keadaan paling papa. Ia harus segera menanggalkan status sosialnya. Seseorang yang tinggal di apartemen biru menanyakan pertanyaan-pertanyaan seloroh yang diajukan dengan sangat cepat. Seperti kejutan, Zehra Hakan menerimanya dengan wajah gundukan salju pada akhir Januari. "Mengapa kau tak juga bekerja?" "Sedang libur?" "Lantai rumahku belum dipel." "Sedang apa di sana?" "Besok ke mana?" "Mau kucarikan klien?" Memasuki bilangan angka delapan tahun usia pernikahan, Zehra Hakan belum juga mengiris urat nadi. Tak ada gedung tinggi yang kemudian dilompatinya. Tak ada pelatuk yang ia gerakkan untuk mengakhiri kerja keras orang-orang yang saat bayram tiba, akan mendapatkan bingkisan berupa hadiah dan amplop berisi uang. Zehra Hakan belum juga mati. Seorang tetangga yang perempuan kemudian memasukkan racun ke dalam makanan yang dikirimkannya dengan senyuman matahari pukul tujuh. Pada akhir Minggu, setelah menghadiri acara pertemuan keluarga, Nedir Aras membawa Zehra Hakan ke kedai-kedai paling murah. Ke tempat-tempat lelaki hidung belang dan berkantung tipis di Istanbul biasa menghabiskan waktu. Zehra Hakan dengan senyuman yang tak pernah mempertanyakan tentang alasan orang-orang melakukan itu kepadanya, diperintahkannya untuk duduk dengan tubuh dan mata berhadapan langsung dengan lelaki-lelaki yang gemar mengeluh. "Kau mau segelas çay kan?" tanya Nedir Aras yang tentu saja bertukar dengan jawaban ya. Tak berapa lama kemudian, datanglah dua orang lelaki dengan tato dan aroma sampah di ujung kaki. Kedua lelaki itu duduk pada kursi yang bersebelahan dengan meja berisi çay Zehra Hakan. Nedir Aras meninggalkannya di sana untuk pergi ke toilet dan kembali dengan kemenangan. Pada tahun terakhir sebelum Ehsan terjatuh dari jendela yang terbuka, Mirac Aras memerintahkan semua orang untuk diam. Mereka tak lagi melemparkan kertas ataupun pertanyaan. Tatapan tidak diperkenankan. Zehra Hakan menjadi hantu. Keberadaannya tak lagi bisa dirasakan seperti halnya aroma sampah-sampah di dapur. Semua orang di Istanbul kemudian menjelma menjadi anggota keluarga Mirac Aras yang gemar tertawa lepas tiap kali menghadiri pertemuan pada Minggu. Pembuang sampah akan membuang sampah tepat di sampingnya. Pemungut sampah akan menyapukan sampah pada lima sentimeter dari ibu jari kaki. Saat ia berlalu, orang-orang yang semula bercakap akan tiba-tiba menghentikan percakapan. Orang-orang akan menutup pintu rumah dengan suara bantingan paling kencang, begitu ia melintasi rumah dengan wajahnya yang itu. Saat Zehra Hakan berjalan seorang diri, seseorang akan berdiri di belakangnya, membuat percakapan berisi sindiran dengan tanpa menyebutkan nama. Tepat di telinganya, mereka akan menertawakan seseorang yang menjadi topik pembicaraan. Zehra Hakan tak juga mati. Bahkan, ketika ia telah menjejalkan makanan yang telah diracuni. Orang-orang tak lagi diam setelahnya. Orang-orang mulai membahas langkah berikutnya untuk membuatnya mati bunuh diri. Meski telah dipermalukan di depan banyak mata, Zehra Hakan tetap tak kehilangan muka. Setiap pagi, banyak mata yang mengintai di balik tirai. Mereka selalu memiliki sempat untuk memastikan bahwa Zehra Hakan masih bernapas. Masih bisa melangkahkan kaki, menuju tempat yang di sanalah mulut-mulut dan telinga-telinga itu telah siap untuk melanjutkan tugas. Jika orang-orang itu berhasil membuatnya marah, Zehra Hakan harus bisa membanting benda yang ada di rumahnya sehingga Nedir Aras memiliki alasan untuk membawanya ke rumah sakit jiwa. Jika hal itu terjadi, Mirac Aras akan bersedia membayar lima ratus ribu TL agar dokter-dokter di rumah sakit jiwa itu dapat meyakinkan orang-orang bahwa Zehra Hakan tidak waras dan tak bisa diselamatkan. Maka, Nedir Aras dapat melangkah, menjalani hidup tanpa mengotori tangan. Sayangnya, hal itu tidak juga terjadi. Satu bulan menjelang Ramadan, Zehra Hakan yang ketika itu tengah memasak dolma dengan serbuk paprika yang bertumpahan, merasakan sakit yang teramat sangat di kepala tengah. Seseorang di samping Selat Bosphorus tengah menanam paku di tengah kepala boneka. Orang-orang mulai berpikir tentang kemungkinan lain. Zehra Hakan menanam benda-benda yang bisa menyihir dirinya menjadi seseorang yang tak bisa dilenyapkan. Zehra Hakan menjadi sosok yang tak bisa merasakan sakit. Bahkan, ketika seorang lelaki mabuk didatangkan kepadanya secara tiba-tiba. Lelaki yang memiliki postur tubuh tinggi dengan sepasang alis tipis itu mendatanginya untuk menjambak kain yang menutupi kepala. Didorongnya Zehra Hakan ke permukaan tembok. Dicercanya Zehra Hakan dengan serapah dan makian. Sepasang bola mata yang berurat serta merah itu hampir saja melonjak ke lantai ketika sebuah kursi dipatahkannya ke punggung Zehra Hakan. Ia jatuh tersungkur. Lelaki tak dikenal berpakaian olahraga itu segera menghilang dan tak pernah lagi ditemukan. Pada hari kedatangan istri Zeki Hakan, ketika orang-orang mulai bisa menikmati tidur siang setelah melahap habis santap siang mereka yang telah dilengkapi dengan potongan sapi atau dada ayam yang dipanggang dengan sempurna, pintu apartemen tempatnya tinggal telah menghadirkan sunyi yang begitu merdu. Sunyi itu tak lagi mendatangkan bantingan pintu dari pintu di kanan dan kiri. Istri Zeki Hakan tertidur pada akhirnya. Di atas lutut yang menggaungkan derak. Seseorang di atap apartemen mendapatinya. Tak lama setelah itu, ditekannya angka-angka dalam telepon genggam. Ia menghubungi Nedir Aras.  


Lihat selengkapnya