***
Rin sedang berada di ruangaan cukup besar. Hawanya dingin karena pendingin ruangan yang menyala persis di atas kepalanya. Ia baru saja duduk di salah satu bangku yang berhadapan dengan sebuah meja besar berlapiskan kaca tebal. Ia sempat melihat sekilas sekeliling ruangan itu ketika memasukinya. Ruangan asing yang bagi sebagian siswa sangat anti untuk didatangi apalagi dimasuki. Terlebih jika harus berada disana atas permintaan orang yang menempatinya. Ia hanya bisa diam, kedinginan, kebingungan, dan merenung atas apa saja kelakukan yang membuatnya bisa menempati salah satu bangku. Kira-kira kesalahan apa yang ia perbuat?
“Selamat siang, Rininta. Sudah lama menunggu?” Tanya sebuah suara dari sosok yang melewati pintu.
Rin lantas menengok. Napasnya tertahan beberapa saat. Sosok yang selama ini diseganinya sekaligus ditakutinya selama di sekolah, akhirnya muncul.
Sosok itu mendekati bangku Rin seiring netra gadis itu yang terus mengikuti. Sosok itu kemudian menarik bangku kebesarannya dan menduduki diri disana. Persis di depan Rin yang masih memandanginya dengan wajah pucat, lebih tepatnya ketakutan.
Rin menelan ludah. Ia hendak membuka suara. “Sa... ya.. baru sampai Bu.” Katanya dengan susah payah. Kepalanya kemudian tertunduk. “Maaf Bu, saya langsung duduk disini. Tadi dipersilakan sekretaris Ibu untuk langsung masuk dan duduk.” Rin menerangkan perihal keberadaan dirinya di tempat 'angker' itu.
Sosok itu malah terkekeh pelan. “Tidak apa, Rininta. Saya memang memerintahkan sekretaris saya untuk langsung menyuruh kamu masuk ke ruangan saya.”
“Jadi..” Bu Mala mulai bersuara.
--
Sebelumnya....
Pagi hari, tepat sebelum lonceng berbunyi, Rin tidak sengaja berpapasan dengan Bu Mala saat hendak memasuki area sekolah. Bu Mala lalu memerintahkan Rin untuk datang ke ruangannya di lantai 2 saat ia sedang berjalan di lorong menuju kelas.