***
SMA Cendekia...
Disaat lonceng pergantian mata pelajaran berbunyi, seketika kelas 11 IPS 3 mendadak heboh. Liza-gadis paling populer di kelas berteriak heboh karena ponsel kesayangannya tiba-tiba lenyap menghilang. Setiap siswa diminta untuk keluar dari kelas dan para guru yang sedang tidak ada kelas mencoba untuk menggeledah satu persatu tas siswa.
Rin dituduh sebagai pelaku dan dibawa menuju ruang BP. Rin dituduh akibat pada hari itu ia membawa laptop yang dibelikan bunda untuk mempermudah dalam mengerjakan tugas. Dan bunda membelikannya karena komputer di rumah sedang diperbaiki. Selain itu, Rin yang baru hari itu dibelikan sepeda oleh bunda dan salah satu teman Liza, Reli melihatnya jadilah semua tuduhan hanya terfokus pada Rin yang mereka yakini berasal dari keluarga kurang mampu.
Cakra yang tidak sengaja lewat di depan ruang BP lalu menolong Rin dan meyakinkan semuanya bahwa Rin tidak akan pernah melakukan hal seperti itu. Makanya Cakra yang bertanggung jawab untuk mendapatkan pelaku yang sebenarnya. Beruntung bagi Rin, karena setelah Cakra bertanya lebih lanjut tentang tempat mana saja yang ia datangi sebelum masuk ke kelas, akhirnya mereka mendapatkan ponsel milik Liza berada di atas wastafel toilet siswi. Sepertinya Liza meletakkan ponsel disana karena takut terjatuh ke lantai saat ia buang air kecil. Namun, ia tidak ingat lagi untuk mengambil ponsel karena terkejut mendengar bunyi bel, pertanda pelajaran akan dimulai. Untung saja, tidak ada pencuri betulan yang mencuri ponsel milik Liza, kalau sampai ada Rin akan terus menjadi tertuduh atas kesalahan yang tidak dilakukan olehnya.
Mengetahui bahwa Rin memang tidak bersalah, semua teman sekelas Rin pun diminta oleh Cakra untuk meminta maaf pada Rin, sebab menuduh orang tanpa bukti yang pasti juga tergolong sebagai pencemaran nama baik. Cakra juga berpesan agar tidak ada seorang pun lagi yang memandang Rin dengan sebelah mata hanya karena Rin terlalu pendiam dan tidak bisa membela diri ketika dipersalahkan. Bukan berarti seseorang yang memilih diam, patut dicurigai atas kejadian yang terjadi di sekitar kita, kan? Diam, bukan berarti pasrah. Diam, bukan berarti mengalah. Diam, bukan berarti bersalah. Karena seseorang yang lebih memilih diam dan menyendiri dari lingkungannya, terkadang memiliki cara tersendiri untuk menyuarakan pendapat dan menghadapi masalah. Bukan dengan marah-marah.
--
Sepulang sekolah, Rin diminta oleh Cakra untuk mampir sebentar di kafenya. Saat itu hujan deras mendera. Beruntunglah Rin memilih berteduh disana.
Seperti biasa Cakra menemani Rin di meja no.11 sembari menyesap kopi, seperti biasa pula Rin hanya diam seraya melihat ke arah luar, meratapi hujan dengan kesungguhan. Namun, kali itu berbeda, tatapan Rin bukan menunjukkan raut senang atau bahagia pada rintik hujan yang semakin menghujam ke tanah, melainkan pancaran kesedihan. Untuk pertama kalinya Cakra melihat air mata Rin keluar. Rin benar-benar terluka karena dituduh melakukan hal yang tidak diperbuatnya. Dan entah karena angin apa pula, Rin berani menceritakan kegundahan yang ia rasakan kepada Cakra.
“Apa tidak ada yang membelamu?”