--
Kantin sekolah, pukul 10.00
Saat ini, Rin tengah menunggu kedatangan Cakra yang berjanji akan menemuinya di kantin saat jam istirahat berlangsung. Tak menunggu lama, sosok Cakra sudah terlihat di kejauhan, berjalan ke arahnya.
Tanpa bicara sepatah kata, Cakra meraih box yang dibawa oleh Rin. Langkah Rin hanya bisa mengikuti kemana kaki Cakra membawanya. Ia berdoa jika Cakra tidak membawanya ke kelas para senior, karena jika iya, bisa saja Rimba melihat mereka.
Namun sayang, ternyata Cakra malah membawanya menuju lantai 2, dimana seluruh ruangan kelas 12 berada. Doa Rin tidak terkabul. Namun, doa pamungkas yang ia ingin Tuhan kabulkan ialah bahwa Rimba sedang tidak berada di kelas, jangan sampai lelaki itu bertemu dengannya dan mempermasalahkan kebersamaan Rin dengan Cakra, nanti.
"Rin, kamu ikut masuk ya. Nanti biar saya yang mempromosikan." Pesan Cakra ketika mereka sampai di kelas 12 IPA 1.
Dahi Rin berkerut, apa yang dimaksud Cakra soal ia masuk ke kelas itu, dan promosi. Sebenarnya Cakra ingin melakukan apa? Sungguh ia tidak mengerti.
Cakra melepas tangan Rin setibanya di dalam kelas, lalu meletakkan box milik Rin di atas meja terdepan. Cakra pun mulai berkoar penuh semangat.
"Permisi teman-teman. Gue minta perhatiannya sebentar." Cakra memulai promosinya. Setelah seluruh perhatian terpusat padanya, segera ia melanjutkan. "Gue mau nawarin kue yang bisa bikin kalian kenyang. Harganya cukup sepuluh ribu, dan gue jamin rasanya seenak yang dijual di toko kue terkenal."
Ya, kemarin Cakra meminta Rin untuk membawa kue kastangel dan berbagai macam kue lain yang biasanya disantap saat hari raya, ke sekolah. Apapun macam kue buatan bunda diminta oleh Cakra untuk dikemas ke dalam wadah kecil yang cukup memuat beberapa kue. Namun, Cakra tidak memberitahukan rencana itu kepada Rin. Oleh sebab itu, Rin pun menuruti karena berpikir jika kue itu adalah pesanan dari kolega Cakra. Ternyata, Cakra berencana untuk menjual kue-kue itu kepada siswa di kelas 12 seperti sekarang.
Mulanya, koaran promosi Cakra itu tidak ditanggapi apa-apa. Tetapi, seorang siswi berkaca mata tiba-tiba maju menghampiri keduanya dan membeli kue Rin. Hal yang dilakukan oleh siswi tersebut ternyata diikuti oleh beberapa siswa lain yang juga ikut membeli, apalagi setelah mendengar bahwa kue itu memang terasa enak.