Rintik Hujan dan Asap Kopi

Tianaqila
Chapter #18

18-Rin dan Lintang

---

Rin terbangun dari tidur. Mata Rin mengerjap beberapa kali menetralisir cahaya yang masuk ke lensa matanya. Cahaya yang dianggapnya terlalu banyak untuk menerangi kamarnya. Ya meskipun kamarnya berhadapan langsung dengan terbitnya matahari, tapi tidak semenyilaukan ini cahayanya.

Saat kesadarannya sudah penuh, Rin baru menyadari jika ia tidak sedang berada di kamar tidurnya, melainkan di sebuah hamparan rumput hijau nan luas. Sejauh mata memandang tidak ada apapun yang terlihat disana selain pepohonan rindang yang menyejukkan.

Saat Rin menjelajahi padang rumput itu, dia mendengar senandung lagu dari seseorang yang entah berada dimana.

'Waktu yang kutunggu

Ialah sore

Cinta yang kutunggu

Hanyalah sore

Semua tentang sore'

--

Sepertinya suara tersebut berasal dari sebuah pohon yang tidak jauh dari Rin berdiri. Rasa penasaran Rin membuatnya berani mendekati sumber suara yang sebenarnya tidak terbilang merdu, malahan agak sumbang alias fals.

Gerakan kaki Rin sengaja ia pelankan agar tidak mengganggu si 'penyanyi'. Ada rasa takut yang ia rasakan. Takut jika suara tersebut berasal dari makhluk tak kasat mata dengan wajah mengerikan seperti dalam film yang sering ditonton oleh Rimba, film horor.

Mulanya rencana Rin mengendap-endap berjalan mulus, tetapi ketika jaraknya dengan sumber suara tersisa 2 meter, tidak sengaja kakinya menginjak ranting pohon hingga terbelah menjadi dua. Bukan hanya terbelah, tetapi juga menimbulkan suara yang cukup keras sampai-sampai menghentikan nyanyian sosok yang entah siapa itu.

"Ada orang ya?" Suara itu bertanya sementara Rin membungkam mulutnya tidak berani menjawab. Tubuh Rin kaku seketika saat menyadari sosok itu mendekat ke arahnya. Rin tidak tau harus berbuat apa. Dalam hati, ia berusaha untuk menguatkan diri agar tidak terlihat ketakutan. Ia harus berani menghadapi sosok itu, apapun wujudnya.

Suara langkah kaki semakin mendekat dan mendekat. Bersamaan juga dengan Rin yang kian menutup mata, menarik napas lalu membuangnya kembali. Suasana menjadi tegang dan mencekam.

"Hai... aku Lintang."

Tunggu. Apa Rin tidak salah dengar kalau sosok di depannya memperkenalkan diri sebagai Lintang.

Mata Rin kembali membuka sedikit demi sedikit. Dan alangkah terkejutnya ketika mendapati sesosok gadis berambut panjang sepunggung dengan mengenakan dress putih. Wajah gadis itu tidak menakutkan melainkan sangat... cantik.

Gadis itu tersenyum, tangannya terjulur ke arah Rin. "Aku Lintang. Nama kamu siapa?" Senyum gadis itu berpendar, terlihat senang.

"A... aku Rininta." Ujar Rin tergagap. Dengan ragu disambutnya uluran tangan itu. Keduanya pun berjabatan tangan.

Lihat selengkapnya