Rintik Hujan dan Asap Kopi

Tianaqila
Chapter #19

19-Prosopagnosia

***

~ Curahan hati Lintang

 

Sebuah kota, 23 Juli 2006

 

Ini Lintang si penyuka Sore. Hari ini hari pertamaku berkumpul dengan teman baruku di Sarian International School. Mereka semua ramah memperkenalkan diri mereka. Aku hitung ada 11 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Dari yang tinggi menjulang sampai yang secerah awan putih kulitnya. Mereka semua baik menurutku, namun sayang aku tidak bisa mengingat siapa nama mereka. Aku takut jika mereka tau kelainan yang ada dalam diriku, semua akan menjauhi dan tidak ada yang mau menjadi temanku selayaknya di bangku sekolah dasar dulu. Aku takut. Tuhan, jika boleh kumeminta, kirimkan satu malaikatmu yang bisa menerima kekuranganku apa adanya. Memahami dan tidak meninggalkan aku sendiri hanya karena aku pengidap Prosopagnosia.

--

Sebuah kota, 1 Oktober 2006

 

Ini Lintang si penyuka Sore. Hari ini aku lagi bahagia karena akhirnya aku bisa mengingat satu nama lengkap seorang temanku yang semenjak awal masuk sekolah kami menempati bangku yang bersebelahan. Namanya Cakrawijaya. Laki-laki yang cukup tinggi, berlesung pipi di bagian kiri, dan memiliki lensa coklat jernih. Tatapannya sangat tajam hingga banyak yang mengiranya seorang yang garang bin galak. Tapi, itu semua tidak benar, karena yang aku tau Cakra adalah orang yang baik, sangat baik malahan. Dia mengerti akan kelainanku dan membantuku untuk mengingat nama orang-orang di sekitarku. Dia sangat sabar mengajariku. Terimakasih banyak Cakra.

Tunggu aku ingat, apakah Cakra adalah wujud pengabulan doa yang pernah aku panjatkan pada Tuhan sebelumnya? Entahlah. Benar atau tidak, Cakra tetaplah malaikat tampan yang menjelma menjadi sahabatku mulai hari kemarin.

--

"Prosopagnosia?" Rin terperangah.

Cakra mengangguk membenarkan, "Iya. Prosopagnosia itu adalah suatu kelainan dimana penderita tidak dapat mengingat nama seseorang walaupun ia mengenali wajah orang tersebut. Kelainan itu bisa diakibatkan karena kerusakan di salah satu bagian otak atau disebabkan oleh keturunan. Sejak kami berteman dulu, Lintang sudah menyadari jika dirinya menderita Prosopagnosia. Dan semenjak aku tau, aku berusaha untuk membantu Lintang menghadapi kelainannya yang menurut beberapa penelitian bisa dilatih dengan mengenali ciri khas pada orang lain." 

Rin terdiam. Jujur ia masih tidak menyangka jika Lintang yang tengah tertidur lelap didepannya itu mengidap kelainan langka. 

Cakra mengusap lembut puncak kepala Lintang seraya terkekeh, "Dan satu-satunya orang yang tidak ia lupakan namanya dulu adalah aku. Lucu ya?" Cakra mengumpan pertanyaan pada Rin yang langsung mengangguk di balik punggung Cakra, duduk di sofa kecil berwarna pink yang diberitahu Cakra merupakan kursi favorit Lintang sewaktu dulu.

 

"Mungkin kamu spesial, Cakra. Buktinya gadis secantik Lintang tidak bisa melupakan namamu." Gumam Rin. Cakra yang mendengarnya dibuat terdiam sesaat, didalam hati ia berkata, "Dan begitupun dengan aku yang selamanya tidak bisa melupakanmu, Lin."

--

Lihat selengkapnya