Hari-hari berikutnya diisi dengan perasaan yang campur aduk bagi Nur. Ia semakin sering berkomunikasi dengan Zai, tidak hanya soal pekerjaan tetapi juga tentang harapan dan kondisi yang sedang mereka alami. Mereka mulai saling mengenal lebih dalam, berbagi cerita dan impian.
Nur merasa semakin yakin dengan perasaannya terhadap Zai. Ia merasakan ketulusan dan kebaikan dalam setiap tindakannya. Dukungan dari ibunya juga membuatnya semakin percaya diri untuk melangkah lebih jauh.
Akhirnya, Nur dan Zai memutuskan untuk bertemu lagi, kali ini dengan niat lebih serius untuk membicarakan masa depan mereka. Mereka sepakat untuk membangun hubungan yang didasari untuk beribadah kepada Allah, semoga surga terasa lebih dekat dengan pernikahan ini.
Dengan langkah baru ini, hidup Nur terasa semakin lengkap. Bisnis crafting-nya berkembang, dan ia menemukan cinta sejati yang membuatnya semakin bersemangat menjalani hari-hari ke depan. Bersama Zai, ia yakin bisa menghadapi segala tantangan dan meraih kebahagiaan yang mereka impikan.
Setelah berbicara dan merencanakan masa depan bersama, Nur dan Zai sepakat untuk menemui orang tua Zai dan membicarakan rencana pernikahan mereka. Mereka ingin memastikan bahwa kedua belah pihak keluarga mendukung dan merestui keputusan mereka.
Nur merasa sedikit gugup saat perjalanan menuju rumah keluarga Zai. Namun, Zai berusaha menenangkannya. "Tenang, Nur. Keluargaku pasti akan senang bertemu denganmu." Kata Zai dengan senyum lembut.
Setibanya di rumah Zai, mereka disambut dengan hangat oleh orang tua Zai. Mama Zai, seorang wanita yang memiliki prinsip kuat dan penuh energi, segera menerima salam dari Nur.
"Selamat datang, Nur. Kami sudah banyak mendengar tentangmu dari Zai. Kami sangat senang akhirnya bisa bertemu denganmu." Kata Mama Zai sambil tersenyum lebar.
Ayah Zai juga menyambut dengan hangat. "Silakan duduk, mari kita bicara lebih lanjut." Katanya sambil mempersilakan mereka duduk di ruang tamu.
Percakapan awal berlangsung dengan santai, mengenal satu sama lain lebih dalam dan berbagi cerita tentang masa lalu Zai yang membuat Nur tertawa. Setelah suasana lebih cair, Zai mulai membahas niat mereka untuk menikah.
"Ayah, Mama, aku dan Nur sudah memutuskan untuk menikah. Kami datang ke sini untuk meminta restu dan dukungan dari Ayah dan Mama." Kata Zai dengan suara tegas namun tak lepas dari rasa grogi.
Mama dan Ayah Zai saling pandang, kemudian tersenyum bahagia. "Tentu, Zai. Kami mendukung kalian sepenuhnya. Kami sangat senang melihat kalian berdua bahagia dan ingin membangun masa depan bersama." Jawab Ayah Zai.
"Benar sekali." Tambah Mama Zai. "Dan kita harus mulai merencanakan pernikahannya. Mama punya banyak ide untuk acara kalian. Kita bisa mengadakan pesta besar, mengundang seluruh keluarga dan teman-teman kita. Ini akan menjadi acara yang sangat istimewa!"
Nur dan Zai saling pandang dengan bingung. Mereka sebenarnya menginginkan pernikahan yang sederhana, namun melihat antusiasme Mama Zai, mereka merasa ragu untuk menolak.
"Ma, sebenarnya kami berdua berpikir untuk mengadakan pernikahan yang sederhana." Kata Zai hati-hati.
Namun, Mama Zai tersenyum dan menggeleng. "Ini adalah pernikahan terakhir di keluarga kita. Mama ingin membuatnya istimewa, mengumpulkan semua keluarga dan teman-teman kita. Ini bukan hanya tentang kalian, tapi juga tentang merayakan kebahagiaan kita bersama."