Pagi tiba disambut dengan begitu bahagia dan ceria. Zai semangat sekali membereskan perlengkapan yang akan dibawa pulang. Ibu menggendong cucunya. Zai menyimpan barang-barang dulu ke mobil lalu kembali ke ruangan menjemput dan menggandeng Nur untuk menuju mobil.
Selama di perjalanan tidak banyak obrolan, hanya ada senyum Zai dan Ibu yang tak pernah reda. Berbeda dengan Nur yang dipenuhi dengan banyak kekhawatiran.
“Oh iya, cucu Ibu ini dikasih nama siapa ya?” Tanya Ibu sambil memecahkan keheningan dalam perjalanan menuju rumah.
“Zai dan Nur pernah diskusi akan memberikan namanya dengan nama Hazimah, berarti yang memiliki keteguhan hati dan keyakinan diri; bersikap tegas; wanita yang teliti. Nama ini dipilih dengan harapan Hazimah akan tumbuh menjadi perempuan yang kuat dan penuh percaya diri.” Jawab Zai menjelaskan makna dari nama anak pertamanya sambil terus fokus menyetir mobil.
“Masyaallah cucu nenek ini perempuan yang kuat dan penuh percaya diri ya persis kayak Bundanya.” Ibu Nur seakan sedang bercerita seru dengan bayi yang ada dalam dekapannya.
Akhirnya mereka sampai di rumah. Nur dan Ibunya turun lebih dulu sedangkan Zai memasukkan mobil ke dalam garasi. Siapa sangka, Nur mendapatkan kejutan ketika masuk ke dalam rumah.
Di dalam rumah sudah ada Mama Zai. Karena rumah mereka juga berfungsi sebagai kantor, pintu bisa dibuka kapan saja oleh karyawan Nur.
Zai yang baru masuk pun ikutan kaget. Zai mencium tangan Mamanya dan menanyakan kabar serta kapan Mama sampai di sini.
“Mama baru aja sampai.” Jawab Mama singkat.
Zai mengantar Mama ke dalam ruangan studio yang barangnya sudah dikeluarkan.
“Mama nanti istirahat di sini ya. Nanti Zai pindahin kasur di sini, semoga Mama nyaman ya.” Ucap Zai sambil meletakan barang yang Mama bawa.
Mama mengangguk dan keluar lagi untuk istirahat di ruang tengah. Sedangkan Zai memindahkan kasur dan memasangkan seprei untuk kamar Mama.
Situasi menjadi canggung. Ibu Nur merasa tidak enak, merasa bahwa kehadirannya mungkin akan menambah ketegangan. Setelah memastikan Nur bisa istirahat, Ibu Nur berpamitan untuk pulang. “Nur, Ibu harus pulang sekarang. Kamu harus istirahat dan fokus pada Hazimah. Jangan khawatir, Ibu akan sering datang untuk melihat cucu ibu.”
Nur merasa sedih dan keberatan. “Ibu, jangan pergi. Aku butuh bantuan Ibu. Aku merasa lebih nyaman kalau Ibu yang membantu, bukan mertua.”
Ibu Nur menasihati dengan lembut. “Nur, kamu harus belajar menyesuaikan diri. Mama mertuamu juga ingin membantu dan merasakan kebahagiaan ini. Ibu akan selalu ada untukmu. Kamu bisa datang kapan saja ke rumah Ibu, dan Ibu juga akan sering datang ke sini, insyaallah.”