RIRIWA

Topan We
Chapter #4

Kembali Tanpa Bayangan

Suara itu lembut, nyaris serak, seolah datang dari tenggorokan yang kering dan dingin.

Angga mematung di ambang pintu lorong. Lampu yang berkedip di ujung menciptakan bayangan panjang dan patah-patah. Nafasnya tercekat. Bulu kuduknya menegang. Suara itu jelas berasal dari balik kamar yang tak pernah dibuka sejak mereka menempati rumah dinas di Babakan Lame.

Reksa berjalan mendekat perlahan, menyalakan senter dan mengarahkannya ke pintu tua yang catnya telah mengelupas. Gagang pintu itu bergetar pelan. Entah karena angin, atau... karena sesuatu yang sedang menunggu di baliknya.

“Pak,” bisik Angga, “itu kamar siapa?”

Reksa menggeleng. “Waktu aku tanya ke Pak Karna, dia hanya bilang: 'Jangan buka kamar itu jika belum ada bayanganmu di dalamnya.'”

“Maksudnya?”

Reksa tak menjawab. Ia mendekatkan wajahnya ke pintu, lalu memiringkan kepalanya sedikit. Mendengarkan.

Sunyi.

Lalu... ketukan kecil. Tok. Tok. Tok.

Tiga kali.

Reksa menarik napas dalam-dalam. “Ini bukan anak itu. Ini sesuatu yang mencoba menjadi dia.”

Angga menelan ludah. “Tapi suaranya…”

“Makhluk itu meniru. Suara, cara bicara, bahkan emosi. Tapi satu hal yang tak bisa ia tiru—bayangan.”

Ia mengarahkan senternya ke bawah pintu. Tidak ada bayangan kaki di celahnya. Hanya lantai kosong.

“Kalau kita buka, kemungkinan besar itu akan masuk... dan menetap,” bisik Reksa. “Sekali saja kita mempercayai wujud itu, ia akan melekat.”

Angga bergidik. “Lalu kita harus—”

“Pergi dari sini. Sekarang.”

Lihat selengkapnya