RIRIWA

Topan We
Chapter #1

Ayam Cemani

Andi berdiri di pekarangan belakang rumah, memandang ayam cemani yang tampak gagah dengan bulu hitam pekatnya. Dalam kegelapan malam yang semakin pekat, ia bisa melihat dengan jelas warna ayam tersebut yang seperti menyerap cahaya, seolah menjadi bagian dari kegelapan itu sendiri. Ayam cemani bukanlah ayam biasa. Ada sesuatu yang mistis dan penuh makna dalam setiap gerakannya, seperti menyimpan rahasia yang hanya diketahui oleh mereka yang benar-benar paham. Andi sudah terbiasa dengan semua ini. Ayam cemani adalah bagian dari rutinitas ritual yang sudah berlangsung turun-temurun dalam keluarganya, sesuatu yang perlu dilakukan dengan penuh kehati-hatian.

Pada malam Jum'at ini, sebuah malam yang sering dianggap sakral oleh sebagian besar orang di kampungnya. Tidak hanya malam yang dipenuhi dengan kesunyian, tetapi juga malam yang penuh dengan makna spiritual bagi sebagian orang. Banyak yang memilih untuk beribadah dan mengikuti pengajian di masjid. Andi pun tidak terkecuali. Sebelum ia memulai ritualnya, ia ingin terlebih dahulu mengikuti pengajian yang diadakan di masjid kampung, tempat di mana banyak bapak-bapak dan tokoh-tokoh masyarakat berkumpul setiap malam Jum'at.

Dengan langkah tenang, Andi menuju ke masjid. Ditemani oleh suara jangkrik yang sesekali terdengar, ia melintasi jalanan sempit yang diterangi oleh lampu-lampu jalan yang redup. Di depan masjid, sudah tampak beberapa bapak-bapak yang duduk santai sambil berbincang. Andi menyapa mereka dengan ramah sebelum melangkah masuk ke dalam masjid. Di dalam, suasana penuh dengan kedamaian, hanya terdengar suara lantunan doa dan tahlil dari para jamaah.

Ia merasa tenang meskipun dalam hatinya ada tugas besar yang menunggu. Pengajian malam ini dipimpin oleh Kiyai Soleh, seorang tokoh agama yang dihormati di kampung tersebut. Suara Kiyai Soleh yang lembut mengalun menyentuh hati, membuat setiap yang mendengarnya merasakan ketenangan yang mendalam. Andi mengikuti pengajian dengan seksama, mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Kiyai Soleh. Meskipun hatinya sedikit terpecah, antara kewajiban yang harus ia lakukan malam ini dan niat untuk mengikuti pengajian, Andi berusaha tetap fokus.

Lihat selengkapnya