SUDAH TENGAH HARI di luar, Ron sedang duduk dengan satu siku bertumpu pada meja jahit tua sementara tatapannya menembus kaca jendela, menusuk kendaraan-kendaraan yang mengular di jalan depan warung jahitnya. Ucapan Mariji tentang Raznan berulang-ulang mematuk rasa penasarannya, ia tahu ada maksud yang coba Mariji sampaikan soal Raznan.
“Saya punya firasat ritual Bapak akan berhasil. Tapi, jangan bawa Pak Raznan ke sini lagi! Pak Ron akan sengsara. Jauhi dia!”
“Jangan bawa Pak Raznan ke sini lagi.”
“Pak Ron akan sengsara.”
“Jauhi dia!”
Kata-kata Mariji terus-terusan mengiang di dalam kepala Ron, membuatnya bertanya-tanya, ia ingin tak percaya pada kata-kata Mariji mengingat kebaikan Raznan yang kelebihan banyak kepadanya. Lagi pula Raznan itu sahabat kecilnya dan mungkin satu-satunya manusia dewasa berhati mulia yang ia kenal, tak mungkin Raznan tega membuatnya sengsara. Sikap Raznan sejak pertemuan mereka beberapa hari lalu adalah bukti bahwa kata-kata Mariji tak berdasar sama sekali.