Ritual Sugih Ni Putri Anjani

E. N. Mahera
Chapter #15

Bagian 15

Ron terus berusaha membuka matanya meski kepalanya berat dan rasa-rasanya ada pantat raksasa yang sedang menduduki wajahnya. Dengan sangat pelan, seolah matanya sedang dilekat lem, Ron tak menyerah. Akhirnya, perlahan-lahan, mulai tampak di retinanya apa yang ada di sekitaran, meski awalanya penghilatannya bak lensa kamera yang sedang mengatur fokus, kabur yang menjelas, makin lama makin jelas apa yang ada di sekitarnya.

Ia ada di dalam kamar. Tidur di ranjang kayu tanpa kasur. Tubuhnya hanya beralas tikar di atas ranjang itu. Seperti penglihatannya, kesadarannya pun perlahan mulai kembali. Ia tahu, atap rumah di atas kamar itu mirip atap rumah Te Rasit. Ya, ia ada di rumah Te Rasit. Ia ada di kamar Te Rasit.

Tetap terbaring, menghadap atap, Ron memutar ingatannya ke belakang. Tak ada ingatan tentang perjalanan pulang. Ia ingat mereka bertiga berjalan menyusuri hutan, menyebrangi sungai, dan tiba di tanah lapang; ia ingat Te Rasit yang menari-nari, api unggun yang mati, dan tampak samar dalam bayang-bayang Tita melepaskan kain yang melilit tubuhnya; dan ia ingat tubuh telanjang Tita dalam gulita malam. Namun, ingatannya sampai di situ saja. Apa yang terjadi selanjutnya adalah gelap dalam ingatan Ron. Selama beberapa menit, Ron berusaha memeras ingatannya. Nihil. Ia menyerah, lantas bertanya-tanya dalam hati, “Apakah ritual itu berhasil?” Ia memiringkan kepala ke kiri kanan. Di ranjang ia sendirian. “Di mana Tita?

Ron bangkit dari ranjang kayu itu, ia bertelanjang dada seperti tadi malam, celana hitam kusam pemberian Te Rasit masih ia kenakan. Bak pemabuk yang sadar keesokan harinya, ia turun dari ranjang lalu sempoyongan menuju pintu kamar. Begitu membuka pintu, yang ia dapati adalah ruang tengah rumah Te Rasit. Benar semalam ia tidur di kamar Te Rasit.

Di ambang pintu kamar Ron berhenti sebentar dan menengok ke kanan, ke pekarangan di luar, tampaknya matahari sudah terlanjur tinggi, silau, Ron harus memicingkan mata.

“Pak Ron! Kebetulan, saya baru saja membuat mi rebus. Ayo makan!”

Ron menengok ke kiri, di ambang pintu ruang tengah menuju dapur, berdiri Te Rasit mengenakan celana pendek biru tua yang sudah luntur menjadi biru muda, kaus putih penuh noda coklat. “Tita di mana?” Kata Ron seketika.

“Mbak Tita sudah pulang tadi pagi.”

“Sendiri?”

“Dijemput laki-laki yang mengantarnya.”

“Apakah ritual itu berhasil?” Ron menggosok matanya dengan telapak tangan.

“Ayo makan dulu, Pak Ron! Nanti saya ceritakan.”

 

x—x

 

Setelah berganti pakaian, Ron pergi ke dapur dan duduk berhadapan dengan Te Rasit ditengahi meja makan reyot, masing-masing mulai menyuapi mulutnya dengan sendok berisi mi instan rebus.

“Ritualnya berhasil.” Te Rasit membuka percakapan.

“Iyakah?” Ron tak percaya apa yang ia dengar. “Saya tak bisa mengingat apa pun.”

“Begitulah.” Te Rasit tersenyum.

“Maksudnya?”

“Begitulah.” Te Rasit memperlebar senyumannya.

Ron ragu bertanya lagi, ia teringat kata-kata Te Rasit malam sebelumnya yang meminta Ron untuk tidak banyak bertanya. Walaupun siang itu Te Rasit tampak sedang gembira hati sedangkan malam sebelumnya tampak gahar, tapi siang itu Ron sungkan untuk mencecarinya dengan pertanyaan.

“Pak Ron,” kata Te Rasit, suaranya dalam, serak, dan berat, “Yang bisa saya katakan adalah ritualnya berjalan lancar. Dan saya sarankan Bapak untuk mulai membiasakan diri dengan hal-hal ajaib yang mungkin terjadi dalam hidup Bapak. Saya yakin Bapak pasti penasaran apa yang terjadi tadi malam, bagaimana ceritanya Bapak bisa sampai ke kamar saya, dan mungkin banyak pertanyaan lain. Pesan saya, Pak Ron tak perlu mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan itu. Akan banyak hal tak terduga atau hal aneh yang akan terjadi dalam hidup Pak Ron.”

“Hal aneh? Apakah hal aneh itu hal buruk?” Katanya begitu saja, Ron tak kuasa lagi mematikan rasa penasarannya.

“Tergantung.”

“Maksudnya?”

“Pak Ron.” Te Rasit menghela dan membuang napasnya. “Hal aneh yang saya maksudkan adalah hal-hal tak terduga. Jika ritual ini digenapi tujuh kali, yang akan terjadi adalah hal baik. Pak Ron akan mendapat ‘petunjuk’ dengan cara-cara yang tak terduga, cara-cara ajaib.”

Lihat selengkapnya