BAB 15 – Nama-Nama Baru untuk Hari-Hari
Hari-hari setelah keluar dari bangsal punya rasa yang aneh. Waktu berjalan lambat, tapi tidak membosankan. Kadang cepat, tapi tak memburu. Ada ketenangan dalam rutinitas kecil yang sebelumnya tak pernah kupikirkan punya makna.
Setiap pagi, aku bangun pukul enam. Ibu sudah selesai salat dan mulai menyapu halaman. Dinda menyiapkan bekal untuk kerja. Aku duduk di meja makan, menyentuh cangkir teh yang masih hangat, lalu membuka halaman baru di buku catatan pemberian Dinda.
Di sana, aku mulai memberi nama pada hari-hari.