Keyra terkenal sebagai siswa paling teladan seangkatan di SMA Pelita Nusa. Keteladanannya seiring sejalan dengan segudang prestasi yang berhasil ia sumbangkan pada SMA Pelita Nusa. Belum ada seorang siswa pun yang dapat menggeser namanya dari puncak peringkat paralel Pelita Nusa.
Sejak kelas sepuluh hingga sekarang saja dia sudah menyabet gelar juara 1 Olimpiade Sains tingkat nasional sebanyak 2 kali berturut-turut. Semester awal kelas sebelas lalu, dia menghabiskan satu semester penuh sebagai siswa pertukaran pelajar dalam program student exchange dengan senior high school ternama di London. Sayangnya terlalu lama belajar di negara asing membuatnya seolah menjadi siswa baru di Pelita Nusa. Tanpa Keyra sadari terlalu banyak hal dilewatkannya selama ia di London.
“Hai, Key!” seorang siswa dengan rambut cepak melambaikan tangannya pada Keyra dan Pita yang baru saja memasuki kantin. Keyra dan Pita yang melihatnya, bergegas menghampiri dan bergabung dengan siswa laki-laki itu.
“Hai, Gay,” sapa Keyra dan Pita pada pemuda itu bersamaan.
Pemuda itu bernama Gayuh. Gayuh Adi Sebastian lengkapnya. Pemuda yang sudah bersahabat dengan Keyra sejak ia baru belajar menyisir rambut itu kini menambah daftar teman baiknya, Lupita Virdha. Ya, Gayuh dan Pita dulu merupakan teman satu gugus saat MPLS, ia lalu mengenalkannya pada Keyra. Gayuh sebenarnya lebih suka memanggil sahabat barunya itu dengan nama belakangnya, Virdha. Menurutnya nama itu cantik, secantik pemiliknya, namun sayang Pita melarangnya.
“Kok kalian baru keluar?” tanya Gayuh sambil memainkan tusuk gigi di mulutnya. Di mejanya terlihat satu piring kosong dengan noda saus kacang bekas batagor dan segelas es jeruk yang tinggal setengahnya.
“Biasa lah, habis pelajaran matematika suka molor dari jam,” jawab Pita sekenanya sambil bangkit berdiri.
“Lo mau pesan apa, Key? Biar sekalian,” tawar Pita pada Keyra.
“Lah, gue nggak ditawarin juga Pit?” Gayuh menyela.
“Lo kan sudah habis sepiring, Gay,”
“Ahelah, Pit, batagor mah cuma ngeganjel doang.” Pemuda bertubuh atletis itu menepuk pelan perut yang menurutnya sixpack itu. “Kurang kali, pesanin empek-empek satu ya, Pit.”
“Heran gue sama lo Gay, makan sekarung juga tetap aja badan lo bagus gitu.”
“Bilang aja lo tersepona sama badan gue.”
“Terpesona kali!” Keyra membetulkan sambil melempar gulungan tisu ke arah Gayuh, tapi meleset.
“Dih, amit-amit!” Pita membuang mukanya yang terasa panas.
Keyra yang melihat perdebatan kedua sahabatnya itu cekikian sendiri. “Gue batagor aja deh, Pit, satu. Sekalian jus alpukatnya yak satu, pakai susu coklat, tanpa gula.”
“Etdah, nih teman dua emang pada suka ya ngerjain gue!”
Keyra dan Gayuh semakin tergelak melihat Pita yang berlalu dengan kesal. Mereka memang punya hobi yang sama, yakni menjahili Pita. Gadis itu selalu menggemaskan saat kesal dan marah.
Tak lama Pita kembali bersama senampan penuh makanan pesanan mereka. Gayuh yang usil kembali mendapat ide untuk menjahili Pita yang sangat mudah bête.
“Tinggal pakai celemek, sudah pantas lo jadi maid, Pit.”
Keyra yang menangkap kilat amarah di mata Pita segera menegur Gayuh. “Nggak usah pakai celemek juga udah mirip maid kali, Gay,” sambungnya.
“Gue buang nih pesanan kalian,” ancam Pita dengan ekspresi datar. Sorot matanya sarat akan kekesalan. Tatapannya tajam seolah berkata gue-makan-lo.
“Weits, woles, Neng.” Keyra segera mengambil alih nampan dari tangan Pita. Ya kali aja Pita beneran mau buang tuh makanan kan sayang, mubazir. Yang ada mereka dimintai ganti rugi ntar kalau sampai alat makannya pada pecah.