Rizky & Nada

Andini Lestari
Chapter #5

Patah Hati

~~~***~~~

“Kecewa, terluka, kemudian patah hati. Bisa saja kan dia mengantarmu pada jatuh cinta yang abadi?”

~~Dena Rizky Julianggi~~

~~~***~~~

Sudah seminggu lebih aku dan Nada enggak berkomunikasi. Aku enggak peduli. Ini salahnya! Mendekati Kak Fadil itu hakku. Bukan haknya mengatur hidupku. Aku tahu dia berusaha agar aku tidak patah hati. Tapi dia begitu berlebihan. Bahkan selama ini kami belum pernah bermusuhan lebih dari tiga hari. Ini yang paling lama dan aku mulai merasakan gelisah sendiri.

Tapi aku enggak mau minta maaf begitu saja. Ini salah Nada, sepatutnya dia minta maaf duluan padaku. Pokoknya aku harus bisa tahan untuk tidak menyapanya saat bertemu!

~~~***~~~

Biasanya setiap Selasa aku memperhatikan Kak Fadil ditemani Nada, tapi kali ini cewek berkaca mata itu tidak ada. Sudah sepuluh hari kami tidak bertegur sapa, kini aku benar-benar enggak ngerti kenapa. Biasanya dia akan meminta maaf padaku duluan jika kami ada masalah. Kali ini sepertinya dia telah berubah.

Aku melihat dia sedang berjalan di depanku, sambil bercengkrama kecil dengan Kak Nata. Bahkan sekotak toples besar yang aku tahu milik Nada kini ada di dekapan Kak Nata. Dia bilang jangan terlalu dekat Kak Fadil, jangan terlalu berharap juga. Tapi kenapa dia yang makan ucapannya sendiri? Dia yang malah lebih gencar mendekati Kak Nata akhir-akhir ini. Bodohnya aku malah selalu mendengarkan Nada untuk tidak mendekati Kak Fadil dengan alibinya agar aku tidak sakit hati. Bohong! Nada bohong! Dia pasti ingin aku enggak punya pacar. Dia pasti ingin terlihat sempurna seorang.

Dia jahat!

~~~***~~~

Hari ini hari Senin pertama di bulan November. Seperti biasa ada upacara bendera. Sama seperti minggu-minggu lalu, meskipun kegiatan pemilihan MPK dan pengurus OSIS telah dilaksanakan, selama pengurus masih belum ditetapkan, berarti yang bertugas di setiap minggu dalam menjaga ketertiban dan kerapihan upacara senin pagi adalah OSIS-MPK periode tahun kemarin termasuk Kak Nata dan beberapa lainnya.

Aku udah enggak enak buat diam, sejak amanat sekitar 20 menit yang lalu, Kak Nata si Ketua MPK itu berdiri di sampingku memperhatikan anak pelanggar aturan yang berdiri di depan para peserta upacara. Selain aku yang enggak biasa diam saat upacara, aku juga sering ngerasa mual dengan amanat panjang kali lebarnya pembina upacara yang dicampur dengar cahaya matahari pagi yang sangat luar biasa. Dan entah apa yang sekarang terjadi, rasa mualnya itu semakin bertambah saat Kak Nata berdiri di sampingku kini.

Kalau gini caranya aku enggak bisa bergerak bebas! Aku harus aja mejeng kaya anak baik yang taat sama peraturan. Bukan masalah ini Kak Nata atau bukannya, tapi masalahnya ini MPK apalagi ketuanya. Bisa dicap buruk sampai di masukin list anak nakal yang enggak bisa diam—aku enggak mau pokoknya!

Kakiku udah gemetar, lemas banget rasanya saat enggak bisa bergerak. Dan enggak bisa bergerak bukan satu-satunya, sinar matahari yang menembus kemejaku juga bikin aku makin kegerahan, aroma parfum sang ketua yang langsung mampir ke penciuman juga bikin aku makin mual setengah mati. Iya sih, wangi maskulinnya dapet banget, tapi aku enggak suka kalau wangi ini terkena panas matahari.

Mau ke mana sih ini Ketua MPK pake acara diparfum yang wanginya meleber ke segala arah? Bukan tergiur aku eneg sendiri jadinya. Untungnya upacara udah kelar, aku bisa menghirup napas dalam-dalam saat sang mr. cool ikut bubar bersama para peserta upacara yang lain.

Hampir setiap Minggu aku harus begini. Sialnya!

“Aduh! Pengen muntah ...,” keluhku saat berjalan menuju kelas.

Lihat selengkapnya