Rizky & Nada

Andini Lestari
Chapter #7

Nada dan Melodi

~~~***~~~

"Kalau memang jatuh cinta itu yang saling menyayangi, melindungi, dan memberikan semangat untuk menjalani hidup agar lebih baik lagi. Lalu mengapa yang selalu kusaksikan selama ini hanyalah jatuh cinta yang menyebabkan sakit hati?

~~Rizlianada~~

~~~***~~~

Tepat dua belas hari aku belum bertegur sapa dengan Rizky. Akhir-akhir ini aku harus mengurus beberapa tugas ekonomi yang ada-ada saja. Bu Tanya memerintahkan kami untuk membuat sebuah makanan hasil karya sendiri. Dan kami, anak kelas IPS harus menjualnya setiap hari. Otomatis waktu pulangku tersita untuk membuat makanan karya, jam istirahat pun habis dengan berjualan keliling sekolah.

Yang berjualan dua minggu ini adalah kelompokku, absen ke 20 sampai 25. Kami membuat bolu kukus beragam warna. Untuk itu setiap pulang sekolah kami singgah dulu ke pasar kemudian ke rumah Selia untuk membuatnya. Sebagai orang yang kurang ahli memasak, aku mendapat jatah pemasaran sekaligus perbendaharaan. Untuk itu aku berjualan hari ini. Aku berjualan tidak sendiri, hari ini jatahnya Jo menemaniku. Tapi entah di mana dia berjualan, kini tinggal aku sendiri di lapangan.

Sempat hari itu aku bertemu Kak Nata, tidak menyia-nyiakan kesempatan aku menawarinya untuk membeli. Alih-alih pergi setelah membayar tiga buah bolu kukus itu, dia malah meminta aku menyerahkan kotak jualanku kepadanya.

"Untuk apa Kak?" tanyaku heran.

Saat itu dia hanya tersenyum kemudian menemaniku berdagang. Kami ditatap setiap orang yang melihat. Aku tidak risih, masa bodoh dengan pandangan aneh itu, yang pasti aku berniat mengerjakan tugasku dan dia berniat menolongku.

"Kamu nyaman ditatap begitu?" Kak Nata bertanya setelah salah seorang kelas dua belas mendelik padaku.

"Kenapa harus risih?" aku balik bertanya.

"Mungkin alasannya karena kamu bareng saya?"

"Walaupun itu alasannya, toh alasan Kakak bantu saya karena Kakak niat menolong, bukan berniat lain. Ya, saya masa bodoh dengan mereka."

Kak Nata berhenti berjalan. "Kalau niat saya lain?"

Aku tertawa, jelas itu tidak mungkin. Niat apa lagi selain niat menolong? "Tidak mungkin," aku pun tertawa.

Di depan masjid sekolah, Kak Nata kembali berhenti, sejenak dia tertawa. "Ah ya, tidak mungkin?" dia menggaruk tengkuknya kemudian melihat ke area tempat wudhu sekolah. "Saya shalat dulu. Selamat tinggal Nada," Kak Nata meninggalkanku pergi setelah itu.

Tidak tahu aku apa dia mendengar ucapan terima kasihku atau tidak. Semoga saja dia mendengarnya.

Sisa beberapa bolu di dalam sana. Aku harus menawari beberapa orang lagi.

"Eh?" Sejenak aku melihat orang yang ribut dari arah kelas IPA. Ada apa, ya?

"Woy! Batuin elah, si Kiky pingsan nih!" teriak salah satu anak. Tanpa menunggu tempatnya berubah jadi kerumunan. Itu kan kelas Rizky, masa iya dia pingsan? Tidak ada sejarahnya anak itu hilang kesadaran.

Baru saja aku mau mendekat ke sana, tapi tiba-tiba seseorang menepukku. "Nad, punyaku habis loh. Ayo cepat kita ke kelas, sebentar lagi bel masuk tuh!" Jo menarik tanganku seperti menarik tali leher hewan peliharaan.

Mungkin yang pingsan itu bukan Rizky yang aku kenal.

~~~***~~~

Sepulang sekolah aku bersiap untuk ke pasar, besok adalah hari terakhir kelompokku untuk berjualan. Tapi, saat aku keluar kelas bersama Jo dan yang lainnya, ternyata ada seseorang yang menungguku di depan pintu. Anehnya, orang itu adalah orang yang tidak pantas menungguku, lebih tepatnya tidak masuk akal.

"Cari aku?" Telunjuk itu tepat mengarah ke dada, aku benar-benar heran.

"Iya, di gerbang utama ada yang menunggu kamu."

Lihat selengkapnya