Rizky & Nada

Andini Lestari
Chapter #11

Gombal

~~~***~~~

"Kalau memang dengan senang hati aku jatuh cinta, lalu mengapa aku tidak senang kala patah hati?"

~~Dena Rizky Julianggi~~

~~~***~~~

Dugaanku pasti benar, setiap hari kulihat mereka berangkat dan pulang bersama. Kak Fadil pun jarang bersama dengan Kak Lala apalagi kumpul jurnalistik. Mereka hanya mengobrol sebentar kemudian saling lewat begitu saja. Lain halnya Kak Fadil dan Nada yang sering menghabiskan waktu berdua saja. Kalimat lainnya, mereka semakin dekat.

Senin pagi ini semua terasa berbeda. Jika setiap Senin minggu lalu di sampingku selalu ada Kak Nata dengan parfum yang memabukkannya, Senin ini semua tidak sama. Kak Nata berhenti memakai jas yang selalu membuatnya berwibawa dan mengganti topi hitam menyeramkan itu dengan topi abu seperti biasanya di depan sana. Tepatnya, hari ini pengukuhan pengurus OSIS periode terbaru.

Orang yang dulu kusebut sahabat itu kini berada di depan sana, dengan senyum manisnya berdiri di belakang Kak Fadil. Tanpa rasa bersalah dia berdiri di samping cowok itu seakan bilang, "Ky, ini alasan aku melarangmu mendekatinya, aku lebih pantas ada di sampingnya, aku lebih cocok menjadi pendampingnya. Bukan hanya aku, DPPS (Dewan Pemelihara dan Pemberi Saran) juga memilih kami sebagai ketua dan wakil. Mengesahkan kami dengan jas dan topi ini sebagai pasangan. Apa yang sekarang kamu cari? Jelas kami pasangan serasi!"

Aku tidak menunggu pengukuhan ini selesai, aku tidak akan merusak mataku dengan menonton mereka terus. Aku tidak tahan dan akan pergi! Seketika itu aku berlari. Masa bodoh aku meninggalkan upacara tanpa menunggu ini selesai! Masa bodoh aku berada di daftar pelanggar aturan! Yang aku inginkan adalah tidak melihat mereka lagi. Cepat-cepat aku masuk kelas, kemudian menyembunyikan wajahku di balik lipatan tangan. Aku menangis sekencang-kencangnya.

AKU BENCI KAMU RIZLIANADA!

~~~***~~~

Aku tidak tahu seberapa lama aku menangis, tapi kurasakan kepalaku sakit. Bukan hanya itu, sakit perut yang terasa kemarin sore kini kambuh lagi. Aku pusing. Semua terlihat berputar. Sakit apa sih aku ini sampai sering sakit kepala? Tiga tahun terakhir aku tidak pernah mengalami sakit parah kecuali flu saat hujan-hujanan. Tidak lucu kali ini aku sakit cuma karena nangis sendirian.

"Ky?" suara tanya itu dari Anta. Aku tahu suara pubertasnya yang sekarang sudah mulai menegas.

Jangan Ta, jangan mendadak jadi pangeran kesiangan. Jangan mendadak hadir di saat aku membutuhkan. Aku enggak mau sakit dua kali dengan kepergian seseorang penghibur hati. Biarkan aku sendiri.

"Ta, aku sedih ...." Bego! Kenapa aku malah bilang itu? Aku ingin Anta pergi kan? Kenapa aku malah berkata seakan ingin dikasihani?

"Cerita Ky ...." katanya sambil menepikan kotak P3K di meja kemudian merapikan syal kuningnya. Aku hanya diam.

"Aku enggak bisa hibur kamu Ky, aku tahu kamu enggak suka dengan kehadiranku ini. Kamu pasti ingin aku pergi," kata Anta, aku sadar dia sudah mulai beranjak dari kursi yang ada di sampingku. Tanpa sadar aku menggenggam tangannya. Jauh di sudut hatiku, aku tidak mau sendiri.

"Ta, temani aku di sini, aku enggak mau sendiri."

~~~***~~~

Setelah mendengar langkah kaki anak-anak yang baru bubar upacara untuk masuk kelas, aku segera menghapus air mata dan berlari ke kamar mandi. Aku enggak mau jika aku ketahuan cengeng di hadapan mereka. Yang mereka tahu aku ini ceria dan sedang dalam keadaan gembira. Bukan patah hati atau putus asa.

Lihat selengkapnya