~~~***~~~
Pukul tiga sore. Baru kali ini Nada pulang lebih cepat, jadi dia bisa menunggu Melodi yang masih ada di rumah sakit. Seperti rencananya sekarang. Tetapi ternyata Fadil datang dengan motornya, dia berhenti tepat di depan mata saat Nada baru keluar dari gerbang utama.
“Nada ikut saya, yuk?”
Nada menarik kedua tali tas punggungnya kemudian menaikkan kaca mata untuk memperjelas pandangan.
“Ada apa, Kak?”
“Kamu mau ke rumah sakit, kan? Nah ayok bareng saya aja dulu, nanti kita ke sana sama-sama.”
Mau tidak mau Nada mengangguk kemudian naik pada boncengan Fadil. Entah mengapa cowok itu mengajaknya berkeliling dahulu. Nada sendiri tidak mengerti kenapa Fadil membawanya ke danau yang tidak jauh dari sekolah. Fadil mengajak cewek itu untuk duduk di kursi kayu, memerhatikan air yang menggenang hijau di depan sana. Dia hanya diam, menunggu Fadil memulai. Tapi dilihatnya, cowok itu hanya menangkap gambar yang menarik perhatian. Tidak ada gerak-gerik untuk memulai.
Nada berdiri, bersiap untuk angkat kaki sebelum mengonfirmasi sesuatu yang tengah terjadi. “Ibu Kakak ‘kan udah keluar rumah sakit? Kenapa Kakak mau ke sana?”
“Ya, mungkin Kakak antar kamu?” jawab Fadil tak acuh. Matanya masih pada kamera, sibuk memfokuskan lensa.
Nada menggeleng dengan jinjingan buku di tangannya, “Enggak papa kalau saya harus pulang sendiri, saya tahu jalan kok, lagi pula ... mungkin Kakak ada kesibukan sendiri?”
“Sini duduk dulu ah!” Fadil tergelak kemudian menyimpan kameranya, dia kembali berubah serius lagi, “Kamu ada masalah enggak?”
Nada menggeleng, “Kakak udah tahu kok masalah saya apa.”
“Kamu yakin?” Nada mengangguk. Selain tentang Melodi, enggak ada masalah lain terkecuali tentang Kak Nata yang telah menjailinya, tapi sepertinya masalah pribadi seperti itu tidak sepatutnya diceritakan pada Kak Fadil.
Oh, ada lagi, mengenai Kanya yang sering menyebutnya “Cewek sok ngatur mentang-mentang OSIS” tapi dia enggak mau ambil pusing, toh menyelesaikan Kanya itu sepele, cewek itu tidak akan menyakitinya selain dengan ucapan asal ceplos yang dia miliki.
“Iya, Kak ... tidak ada.”
Tapi kemudian ... tentang Rizky. Cewek itu aneh sih akhir-akhir ini. Dia juga tidak mengerti kenapa Rizky tiba-tiba menjauh darinya. tidak seperti itu sih ... hanya saja kali ini cewek itu jarang datang ke kursi yang ada di depan kelasnya. Itu saja. Nada rasa ... kalau saja dia cerita ke Fadil mengenai ini, Fadil pasti bertanya lagi kenapa Rizky diam di depan kelasnya, kan Nada harus bilang apa selain buat mengamati cowok di sampingnya ini. Jadinya dia menggeleng untuk mengatakan itu.
“Kenapa geleng?”
“Tidak kok, asli tidak ada.”