Rizky & Nada

Andini Lestari
Chapter #16

Salah Paham

~~~***~~~

“Nadanya belum pulang, Ky. Biasanya dia pulang sore.”

Sejak setengah jam yang lalu Rizky mengetuk pintu tapi sama sekali tidak terbuka. Fio, tetangga Nada yang kebetulan lewat untuk ke supermarket akhirnya memberitahukan Rizky bahwa Nada memang belum pulang ke rumah. Karena alasan tanggung, Rizky memutuskan menunggu Nada depan rumahnya yang terkunci, sendirian, karena Rizky tidak mau merepotkan Anta dengan memintanya menunggu lama. Kalau saja tidak dikunci, mungkin Rizky akan masuk tanpa izin, toh dia sering mampir ke sini.

Setelah menghabiskan waktu dengan mencari trend pakaian terbaru di ponselnya, dia mendengar deru motor yang mendekat. Rizky langsung berdiri penasaran dengan suara yang dia kenal. Terdengar di balik gerbang motor berhenti, kemudian gerbang dua meter itu terbuka.

Nada muncul dengan wajah lusuhnya. Seragam sudah tidak masuk ke dalam rok abu, ikatan rambut juga tidak berbentuk dengan jelas. Nada yang Rizky kenal memang tidak terlalu peduli penampilan, asal sesuai peraturan, maka semuanya selesai. Nada tidak akan berusaha cantik selama di wajahnya tidak ada kotoran seperti tanah. Yang penting kacamatanya terbawa, maka dia akan biasa saja.

Tapi Nada yang sekarang Rizky lihat bukan Nada yang seharusnya. Nada yang kacau kalau boleh Rizky bilang. Rizky tahu Nada belum melihat dirinya, terbukti dengan langkahnya yang santai. Tapi setelah melihat Rizky berdiri, Nada akhinya melotot, sepersekian detik kemudian dia tersenyum.

“Dari tadi di sini?” tanyanya kemudian memutar kunci.

Rizky tidak menanggapi, dia malah memperhatikan motor dari sedikit gerbang yang terbuka. Sang pemilik sedang berbalik kemudian pergi. Dari jaket hitam yang dia pakai, dari tas Eiger yang yang ada di gendongan, dari motor N-max abu yang baru saja berjalan, Rizky membuat kesimpulan.

“Sejak kapan kalian dekat?” tanya Rizky yang masih bergeming di tempat, memandang jalanan.

“Hah?” Nada bertanya bingung saat menggeser pintu, dia menatap Rizky aneh.

“Kalau emang niat kamu deketin dia, enggak usah kamu janji begitu!” Rizky tiba-tiba berteriak, suaranya menggema sampai Nada yang heran itu melepas genggaman pada kenop pintu.

“KAMU JAHAT NAD! KAMU JAHAT!”

Bukan niatnya untuk teriak-teriak, tapi melihat hal barusan membuat Rizky ingin marah.

“Ayo masuk dulu Ky, aku lagi enggak bisa debat sama kamu. Bicarain semuanya baik-baik,” kata Nada berusaha tenang. Nyatanya dia juga tersulut emosi. Dia pusing dengan tugas yang menumpuk. Dia pusing dengan adiknya yang belum ada perkembangan berarti. Dia pusing dengan Nata yang merasa tidak berdosanya masih mengubungi setiap hari. Dan sekarang, dia harus menghadapi Rizky yang marah-marah tidak jelas.

“ENGGAK! Aku mau pulang, mulai besok, kamu enggak usah tegur aku, kamu enggak boleh senyum padaku, enggak usah telepon, sms, line, WA, atau sosial media lainnya. Enggak boleh datang ke kelas. Anggap kita enggak kenal, selamanya aja begitu. Aku enggak mau punya teman penjilat seperti kamu.” Rizky berjalan menjauh, setelah membuka gerbang dia membanting besi itu dengan keras. Tak lama kemudian dia hilang.

Nada tidak punya kekuatan untuk mengejar, dia sudah lelah dengan segala hal. Dia hanya ingin mandi kemudian tidur. Mungkin saja Rizky tengah PMS dan menyebabkan marah-marah tidak jelas. Besok juga pasti baik lagi, tidak usaha dipikirkan. Batinnya sambil mengacak-ngacak rambut kemudian mengambil handuk.

Cewek itu mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Sejenak dia melupakan masalah yang sedari tadi mumet di kepalanya. Dia akan baik-baik saja.

~~~***~~~

Bangun kesiangan, tugas belum selesai, kemudian panggilan dari guru yang akan menitipkan tugas tidak terjawab. Suara serak akibat badan yang tidak enak, dan sekarang datang ke sekolah dengan terlambat. Hari yang sangat baik untuk dipanggil sebagai hari terburuk seumur hidupnya.

Nada menghela nafas dengan keras saat berdiri di depan gerbang yang siap ditutup oleh Pak Joko—satpam sekolah. Satu menit lagi bisa-bisa dia berdiri di lapangan dengan tangan menghormat ke bendera sampai jam sepuluh siang.

Meski anak IPS, kesiangan bukan gaya dan kebiasaannya.

“Cie ... Nada kesiangan!” Jo, si cowok yang cukup dekat dengan Nada ini berteriak.

Lihat selengkapnya