Pagi itu, matahari baru saja naik dari balik perbukitan di ujung Kampung Ceria. Burung-burung kecil berkicau riang di pohon mangga belakang rumah Rizqi. Angin sepoi-sepoi menyapa dedaunan yang menari pelan, dan sinar mentari hangat membelai wajah Rizqi yang baru saja membuka jendela kamarnya.
“Ahhh... enaknya pagi ini,” gumam Rizqi sambil menguap lebar. “Hari ini pasti ada petualangan baru!”
Di bawah ranjangnya, Kotak Ajaib tergeletak tenang, seolah-olah tak sabar ingin dibuka. Rizqi menatapnya dengan mata penuh semangat. Ia segera mengenakan baju kaus merah dan celana pendek favoritnya, lalu turun berlari keluar kamar.
“Doniii! Mirraaaa!” teriaknya dari halaman rumah. “Ayo kita buka kotaknya lagi! Siapa tahu hari ini keluar mainan yang bisa bikin kita ketawa ngakak!”
Tak lama, Doni datang dengan rambut berantakan dan masih menguap.
“Ngapain teriak-teriak pagi-pagi, Rizq?” katanya sambil garuk-garuk kepala.
Dari arah gang kecil, Mira muncul dengan tas kecil di punggungnya.
“Aku udah siap dari tadi. Kotaknya mana?”
Rizqi mengangkat kotaknya sambil senyum lebar. “Di dalam sini, petualangan kita hari ini menunggu!”
---
Bagian 2: Bola Perak Lompat-Lompat
Ketiganya duduk melingkar di bawah pohon jambu, tempat biasa mereka berkumpul. Rizqi membuka kotak itu perlahan. Suara khas “DING!” kembali terdengar, diikuti cahaya biru yang melesat sebentar dari dalam.
Dari dalam kotak, keluar... sebuah bola perak kecil. Ukurannya tak lebih besar dari bola pingpong, tapi permukaannya mengilat seperti cermin, dan... bola itu bisa bergerak sendiri!
“Eh?! Dia hidup!” Doni melompat mundur.
Bola itu memantul-pantul dengan cepat, berputar di udara, lalu berhenti... dan tiba-tiba melompat tinggi, memantul ke kepala Rizqi.
“Aw! Kok main pukul-pukulan sih!” Rizqi memegangi kepalanya sambil tertawa.
Mira mengamati bola itu dengan serius. “Sepertinya dia bukan bola biasa. Lihat, dia seperti... menunjuk arah.”
Bola itu meluncur cepat ke arah semak-semak. Rizqi spontan mengejarnya. Doni dan Mira pun ikut berlari di belakang.
“Ayo ikutin! Siapa tahu bola ini tahu jalan ke dunia rahasia lain!” ujar Rizqi sambil tertawa riang.
---
Bagian 3: Masuk ke Gua yang Tidak Pernah Ada
Setelah melewati kebun pisang dan sawah kecil, bola perak itu berhenti di depan sebuah tebing berbatu yang tak pernah mereka lihat sebelumnya.
“Ini... gua ya?” Mira menunjuk lubang besar di antara batu-batu.
“Gua? Tapi perasaan dulu di sini cuma semak-semak deh...” Doni mengerutkan kening.