Rizqi dan Kotak Ajaib

RIZQI APRI MIVTAH ZAENI
Chapter #16

Bab 16: Kota Puzzle — Awal dari Ujian Baru

Bagian 1: Gerbang Berbisik


Saat kaki mereka menapak tanah, langit berubah. Ada keheningan ganjil, diselingi suara klik dari balik dinding-dinding tinggi yang terbentuk dari kepingan puzzle raksasa.


Kota itu penuh warna tetapi tak pernah lengkap, seakan setiap bangunan merindukan satu potongan yang hilang.


Rizqi berdiri di depan gerbang. Ada ukiran kata:


> “Yang hilang bukan hanya kepingan… tetapi maknanya.”




Doni menelan ludah. “Kok kayak tempat buat anak yang lupa siapa dia, ya?”


Alira menyentuh ukiran itu. “Atau tempat buat yang belum siap menerima siapa dirinya…”



---


Bagian 2: Jalan Berliku yang Berubah-ubah


Saat mereka melangkah masuk, jalan yang tadinya rata berubah bentuk. Berliku, naik, turun, bahkan memutar sendiri.


“Ini kayak rumah hantu!” pekik Doni, membuat Alira dan Rizqi tertawa.


“Bukan rumah hantu,” kata Alira pelan. “Ini… cermin perasaan kita sendiri. Ada yang belum selesai di dalam sini.”


Saat itu juga, sebuah pintu kecil muncul dari dinding, membawa cahaya dari dalam. Ada suara anak kecil dari balik pintu.


> “Siapa yang datang…?”

“Yang belum siap menerima siapa dia…”




Rizqi melirik teman-temannya. “Kita siap, nggak?”


“Siap atau belum, kalau nggak masuk, nggak bakal selesai,” kata Alira sambil menggenggam tangan mereka.


Dan bersama-sama, mereka masuk.



---


Bagian 3: Ruangan Seribu Ingatan


Ruangan itu penuh dengan potongan ingatan. Ada foto-foto yang belum pernah mereka lihat, suara yang belum pernah terdengar, bahkan perasaan yang belum pernah mereka sadari.


Rizqi memungut foto kecil dari tanah. Ada sosok seorang ayah yang belum pernah ia kenal. Ada air mata yang belum pernah ia teteskan.


Doni menemukan bola kecil dari masa kecil yang terlupakan, dan Alira menyentuh sehelai pita dari sahabat yang belum pernah sempat ia ucapkan kata selamat tinggal.


Saat itu juga, suara dari sudut ruangan berkata pelan:


> “Kalian datang bukan untuk membawa semua ini keluar. Kalian datang untuk memberi tempat bagi semua ini di dalam.”




Rizqi menarik napas panjang. “Kita nggak bisa memaksa semua hal dilupakan… atau dihapuskan. Kita cuma bisa menerima dan memberi tempat buat itu tetap ada bersama kita.”


Saat itu juga, ruangan itu berubah menjadi taman kecil penuh bunga dan cahaya.



---


Bagian 4: Langkah Menuju Jantung Kota


Lihat selengkapnya