ROBIN

cynthia ocarina
Chapter #18

robin pergi

Namun esoknya pun aku bermimpi yang sama. Aku gak ngerti kenapa. Itu seperti firasat dan mengingatkan ku akan ada sesuatu yang terjadi. Aku harap itu hal yang baik buatku. Semoga saja..

Hari senin tiba aku sedikit telat bangun, namun aku tidak bermimpi lagi tentang dia. Namun aku sangat bersemangat hari ini. Aku gak boleh malu-malu seperti biasanya. Aku bergegas berangkat kesekolah. Saat berjalan melewati parkiran aku belum melihat motor Robin.

“ mungkin dia telat lagi” pikirku. Lalu aku berjalan memasuki sekolah. Saat sampai dilorong aku melihat kakak kelas yang masuk ketoilet sambil menangis. Aku gak tau kenapa melihatnya kakiku sedikit berat. Namun aku buru-buru masuk kelas. Saat sampai dikelas kulihat beberapa anak perempuan dikelasku menangis. Mereka menangis sambil menyanyikan lagu “Kenangan Terindah” milik Sanmsons. Bahkan Andrea dia menangis kencang. Aku bingung melihat dia yang biasanya dia menghasut anak cowok untuk mengganggu aku dan Boni saat kami datang tapi tidak. Aku tidak terlalu peduli. Aku masih mengingat mimpiku kemarin dengan Robin dan berharap mimpi itu nantinya jadi nyata kalau aku sedikit berusaha. Setelah menaruh tas seperti biasa sesekali aku melihat kearah jendela untuk menunggu robin datang dengan motornya. Namun sampai bel berbunyi suara motor itu tidak terdengar. 

Kami bersiap-siap untuk upacara, aku membawa topiku. Saat keluar aku dengar Pak Pi'i menyuruh anak SD untuk tidak ikut upacara hari ini. Aku bingung ada apa. Lalu aku bertanya ke Nila yang sedang berjalan disampingku.

“Nil itu orang-orang pada kenapa?" tanya ku.

“katanya kakak gue, anak kelas 3 ada yang meninggal” katanya nila yang kakaknya bersekolah disini juga.

Mendengar kata-kata nila jantungku berdetak kencang namun sakit, firasatku semakin tidak enak. Langkah kakiku semakin berat, apalagi Robin belum datang juga sampai sekarang. Aku melihat kakak kelas yang keluar dari kelas hampir semua menangis. Aku mulai ragu untuk turuna kebawah. Takut sekali rasanya. Aku yang mulai melambat berjalan membuat Nila menarik tangan.

“Ayo cepetan Cyn. “ katanya sambil menarikku.

Sampai dibawah kami semua berbaris. Tanganku terasa dingin. Napasku terasa sesak. Aku lihat Pak Pi'i mulai menyiapkan microfphonenya lalu memberikannya kekepala sekolah. Kepala sekolah mulai berbicara.

“Turut berduka cita.. Turut berduka cita.. Atas meninggalnyal Robin Christiaan anak kelas 3 SMP. kakak kelas kita, saudara kita, teman kita yang tersayang telah berpulang pada hari sabtu malam jam 8. Mari kita semua berdoa bersama agar diampuni dosanya dan orangtuanya diberikan ketabahan. Berdoa dimulai." kata Pak Kepala Sekolah. 

Lihat selengkapnya