Sudah beberapa hari ini aku bangun lebih cepat dari biasanya bahkan Boni pun heran.
“sekarang-sekarang ini tumben Lo lebih cepat bangunnya dari gue?” kata Boni yang mulai heran kepadaku Sambil memasang sepatu.
“Jangan-jangan Lo punya gebetan yah?” kata Boni mulai curiga.
“Ah enggak! ehmm.. gue capek aja tiap hari kena hukuman mulu.” kataku beralasan.
“nah itu tau, lama amat sadarnya.” Kata Boni sedikit menghina.
“Yah yang suka bangun telat kan bukan gue doang Lo juga. Cuma lo lebih cepet beberapa menit aja dari gue.” Kataku mulai panas.
“lo tuh kalau mandi lama banget.” Kata Boni yang juga mulai panas.
“kalau gitu. kenapa gak duluan aja berangkatnya.” Kataku.
“Yaudah besok-besok gue tinggalin Lo aja.” Kata Boni lalu berpamitan keibuku.
“yaudah, lagian mulai sekarang gue juga bakal bangun lebih pagi.” Kataku yang masih kesal.
Aku menunggu Boni agar jalan lebih jauh. Lalu aku pun berpamitan ke ibuku. Aku kesal sama Boni setiap pagi ada saja yang dia masalahin. Biasanya aku cuek saja kalau dia mulai begitu. Tapi terkadang aku suka terpancing untuk membalas celotehannya. Rasanya kesal juga saat aku sudah benar bangun lebih pagi tapi dia masih masalahin juga.
Saat sampai, Boni sudah duduk di bangkunya. Aku dan Boni tidak sebangku. Kami duduk sebangku dengan anak laki-laki, agar tidak geng-gengan dalam kelas itu kata wali kelas kami pak Heru. Tapi tetap saja jika belum masuk yang punya geng tetap duduk bareng gengnya. Setidaknya sih aku bisa bergaul dengan Moris teman sebangkuku. Dia anak yang cukup lucu meski aku sendiri baru paham kalau dia sedang melucu. Teman-temannya sih paham saja dia lagi melawak, meski buat aku itu bukan hal yang lucu. Tau lah lelucon anak laki-laki. Perempuan suka gak mengerti.
Setelah meletakkan tas, aku pun keluar dan berdiri di balkon depan kelasku. Aku lihat beberapa teman sedang belajar. Hari ini memang ada ulangan fisika. Namun aku malas belajar. Semalaman aku sudah belajar dan sudah cukup bikin aku pusing kepala. Senggaknya sekarang aku ingin mengobati pusing kepalaku dulu dengan orang yang aku tunggu-tunggu setiap paginya selama 3 hari ini.
Sejak hari itu aku menunggu Robin datang kesekolah dari balkon depan kelasku. Bisa dibilang aku seperti penguntitnya Robin. Sambil membaca buku novel yang kupinjam dari perpustakaan Sesekali aku melihat gerbang kedua sekolahku.
Tiba-tiba jantungku berdetak kencang. Aku tau tanda ini, pasti Robin sudah datang. Meskipun belum terlihat tapi entah kenapa jantung ini selalu berdetak kencang ketika Robin akan melewati gerbang itu. Dan anehnya itu selalu benar. Sepertinya perasaanku sudah terhubung dengan kehadiran Robin.
Aku pun memperhatikan dia dari jauh. Bagiku melihat seperti ini membuatku bahagia. Dia seperti obat hatiku yang kosong. Meski aku bahkan belum pernah tegur sapa dengannya. Tapi melihatnya membuat rasa gelisah ku hilang.
Robin datang dengan temannya, mungkin dia sahabatnya. Aku sering sekali melihat dia bareng temannya itu.
Akhirnya dia menaiki tangga dan melewati lorong depan toilet. Saat Robin sampai didepan ruang guru. Aku buru-buru masuk kelas, dan melihat lagi dibalik jendela. Aku tidak mau Robin menganggap ku aneh kalau aku tetap disana. Meski tingkahku terlihat jelas anehnya.