Robot Jahat

Dirman Rohani
Chapter #4

Bukan Tandingan Robot Kami

Bintang-bintang perlahan terbenam dan menghilang satu demi satu tersapu cahaya bintang—Matahari—yang terdekat dengan Bumi. Pagi datang lagi, sekolah itu kembali ramai, dan anak kecil itu masih berdiri di bawah pohon rambung raksasa di seberang halte, tapi kali ini Andi lupa padanya, dan waktu terus berjalan.

Andi memikiri lagi cerita aneh tentang robot-robot binatang, menyebabkannya ingin menyendiri dan malas meninggalkan tempat duduknya, padahal sekarang sedang jam istirahat, semua orang telah keluar dari kelas dan keempat temannya sedang menantinya di tempat biasa mereka berkumpul.

Dalam kesunyian kelas, ia dikejutkan dengan kata-kata Teuga yang tiba-tiba muncul dengan mata melotot. "Robot sensor kalian bukan tandingan robot kami!”

Andi tidak menanggapinya, ia hanya menatap dinding untuk mengelakkan pandangannya. Menatap mata seseorang yang sedang marah sama saja seperti menatap Matahari, kan? Leganya, selepas berujar demikian, Teuga segera pergi.

Dari mana si jago futsal yang berpostur kecil dan kekar itu tahu rencana kami? Tahu tentang robot sensor kami?

Karena kejadian tadi, cerita aneh tentang robot-robot terlupakanlah sementara waktu. Ketika ia sudah di luar, Hendra memanggilnya. 

“Ke kantin dulu!” sahutnya sambil menepuk lambung.

“Ini! Aku bawa banyak!” Rara menunjukkan sekantung bungkusan roti.

Andi mengubah arah tujuan dan menduga-duga: siapa dari keempat temannya yang sering bersama Teuga? Selama ini semua murid di kelas satu dua dan di kelas-kelas lain selalu kompak dan baik-baik saja. Iya, memang sedang terjadi sedikit persaingan antar kelompok; berusaha untuk menjadi yang terbaik, tapi ini hal yang wajar saja, kan? Lalu kenapa Teuga bersikap demikian?

Andi duduk di ujung bangku kosong di dekat Hendra, sambil makan dua lembar roti yang diberikan Rara, diperhatikannya wajah keempat temannya satu demi satu, tapi rasanya tiada yang aneh, air muka mereka biasa saja.

“Ada apa, ya?” tanya Cempaka, mungkin terasa ada kejanggalan dengan cara Andi menatapnya, dan karena kebingungannya itu membuat semua mata temannya malah tertuju ke Andi.

Lihat selengkapnya