Ibunya tertidur depan laptop karena kelelahan setelah berkebun seharian. Cerita dari ayahnya yang baru muncul dalam kotak masuk di laptop itu membuat Andi segera membawanya ke kamarnya. Ia tidak sabar menunggu besok, menunggu ibunya yang menceritakannya. Dan setelah membacanya, ia mengkhawatirkan keselamatan ayahnya.
Ayahnya pernah masuk penjara selama dua minggu gara-gara memukul sebuah robot.
Robot-robot itu akan mendirikan benteng besar mereka di sana. Sehari sebelumnya, sebuah robot mendatangi rumahnya dan memberikan selembar kartu elektronik yang berfungsi sebagai kunci sekaligus sebagai tanda bukti kepemilikan sebuah apartemen di pusat kota kepada ayahnya, tetapi ayahnya tidak bersedia menerima ganti rugi itu.
Besoknya, di tengah terik pada saat ayahnya sedang memperbaiki atap rumah yang belum sempurna menyerap panas matahari untuk energi listrik, robot itu datang lagi; memperhatikan ayahnya, lalu tiba-tiba memaksanya untuk segera meninggalkan rumah itu. Emosi ayahnya tersulut dan dengan palu memukul wajah robot itu sampai remuk. Robot itu terdiam dan tidak bergerak lagi sedikit pun.
Perkiraan Andi, otak robot itu tertanam di bagian wajahnya, kemudian copot karena kena pukulan ayahnya. Makanya robot itu mati.
Ayahnya segera menyembunyikan robot yang telah mati itu ke ruang perpustakaan bawah tanah.
Dua hari kemudian, setidaknya ada belasan robot lain yang datang. Mereka mengepung ayahnya yang sedang membersihkan halaman. Ayahnya pikir mereka mencari robot yang kemarin. Ternyata tidak. Maka ayahnya menyimpulkan: mereka pasti beranggapan temannya yang hilang itu tersebab masalah teknis seperti yang terjadi pada satu dua robot di pusat kota yang mendadak mati sendiri ketika beraktivitas. Perkiraan Andi, pasti mereka kehabisan energinya. Dan yang terjadi kemudian, robot-robot itu langsung menangkap ayahnya, menjebloskannya ke penjara, dan memvonisnya sebagai pembangkang. Hanya karena pengaruh kakeknya yang telah melobi robot-robot penjaga penjara, ayahnya bisa bebas. Kakeknya sebagai jaminan dan meminta penangguhan waktu pindah hingga tiga bulan ke depan, dan robot-robot itu memercayainya.
Begitulah ceritanya, dan Andi tiba-tiba menemukan ide .... Ya, tiga bulan, berarti masih ada waktu tiga bulan.
Andi membangunkan ibunya. Si ibu langsung beranjak ke kamar tidurnya, ia memang teramat lelah, sampai tidak teringat lagi pada laptop itu.
***
"Bu, Ibu di rumah saja,” kata Andi seraya meyerahkan laptop itu. “Ibu jangan ke kebun hari ini, biar Andi saja.”
“Oh iya.” Si ibu kaget, baru menyadari meninggalkan laptopnya semalam.
“Coba Ibu baca cerita dari Ayah. Maafkan Andi, Bu. Andi sudah baca tanpa seizin Ibu. Hanya cerita itu saja, yang lain tidak.”
Si ibu segera menyalakan laptop.
“Kita semakin berurusan dengan robot itu,” gumamnya begitu selesai membaca cerita itu.
"Bukan hanya kita, Bu. Ke depan, semua orang bakal berurusan dengan robot-robot itu. Mereka akan menjajah manusia.”
“Syukurlah ayahmu tidak apa-apa.” Kekhawatiran tampak di wajah si ibu.
“Andi ingin bicara dengan Ayah. Andi ada ide, robot mati itu bisa dimanfaatkan—”
“Untuk apa? Jangan buat macam-macam!” Si ibu tampak semakin cemas.
“Bu. Suatu hari nanti pasti mereka akan melenyapkan semua manusia. Termasuk kita. Bukankah kewajiban kami memang untuk melawan robot itu? Tidak perlu menunggu dewasa. Beri Andi kesempatan menyampaikan ide ini kepada Ayah. Ini peluang kita, Bu. Robot mati itu bisa diaktifkan dan dikendalikan lagi oleh Biner. Pasti ada cara untuk menghancurkan mereka.”
“Apa tidak sebaiknya beri tahu dulu kakekmu?” Si ibu melunak sekarang.
“Jangan dulu, Bu. Jangan sekarang.”
“Semoga ayahmu setuju dengan idemu itu.”
Andi akan memberitahukan hal ini kepada ayahnya. Oh! Kebetulan sekali, laptop ayahnya sedang aktif. Ia segera mengetik: 'Yah. Ini Andi. Ayah baik-baik saja, kan?'
'Di mana ibumu?' Si ayah langsung membalas pesan itu.
Andi secepatnya menulis lagi: 'Di sebelah Andi, Yah. Yah, Biner pasti bisa menghidupkan robot itu.'
Tidak ada balasan. Mungkin si ayah sedikit terkejut karena anaknya sudah mengetahui hal ini.
Andi dan ibunya mematung menatap laptop, menunggu ....
Sesaat kemudian, ‘Caranya?’
Andi kembali bersemangat.
'Kita bawa robot mati itu ke rumah Biner.' Dan Andi juga meminta kepada ayahnya untuk menjemputnya sesegera mungkin dan menghubungi teman-temannya.
'Ayah tiba besok pagi. Ibumu tahu di mana harus menunggu.'
'Baik. Hati-hati,Yah.'