Selama tiga hari Andi di rumah sakit, Biner belum juga ditemukan oleh pasukan tempur Emperum. Tujuh hari kemudian pencarian Biner dan robotnya dihentikan. Mereka semua berdukacita.
Satu bulan kemudian pada suatu malam, begitu menghidupkan laptop, Andi amat terkejut dan kelopak matanya terbuka lebar. Ada surel dari Biner!
***
Andi dan kawan-kawanku di Bumi baru.
Sungguh aku gembira, ceritaku ini bisa sampai di bagian terakhirnya.
Sudah berbulan-bulan berlalu, aku masih malas memeriksa robot beruang mati itu atau mencari tahu penyebabnya menjadi ganas. (Kalian sudah melihatnya di rumah rahasiaku).
Sesuai petunjuk Bapak, aku lebih memprioritaskan anak-anak kecil itu. (Kalian). Ternyata pada usia lima belas nanti, mereka semua akan berkumpul di sebuah sekolah yang letaknya dekat lapangan sepakbola—tempat Wangga memperkenalkan kami kepada penduduk kota. Aku tahu hal ini setelah berhasil meretas server Dewan Kota yang sekaligus memberitahuku bahwa Wangga menjabat sebagai pimpinannya. Tentu saja aku dan dia telah bersepakat, selama kartu uang digital pemberiannya masih terus dapat kupakai akan kutahan keinginanku berkomunikasi dengannya. Tidak mesti dari mulutnya, aku pasti bisa menemukan cara lain untuk mengetahui siasat apa yang sebenarnya sedang si ketua dewan kota sembunyikan. Untuk itu, dengan menyamar, aku turun ke kota. Kebiasaanku sebelum membeli segala keperluanku, aku sengaja singgah sebentar di sebuah kedai kopi untuk mendengar obrolan orang-orang. Dan sialnya suatu hari si barista itu sungguh amat saksama memperhatikanku, lalu mengusirku pergi. “Kalau belum dewasa jangan nongkrong di sini,” katanya.