"Benar ini dengan rumah Bapak Rayan?"
Calla menatap sosok laki-laki bertubuh tinggi besar itu dengan wajah datarnya. Dia terlihat sudah kebal dengan manusia seperti ini. Calla menghela napas kasar, satu hari ini dia sudah bertemu tiga orang berbeda dengan ciri-ciri yang sama menakutkannya. Jika anak seumuran Calla mungkin akan merasa takut ketika melihat sorot mata tajam dari orang tidak dikenal seperti ini. Tapi ini, Calla, gadis 14 tahun yang sudah terbiasa dengan hal semacam ini.
"Iya. Ada apa ya, Om?" tanya Calla dengan tenang.
"Kamu anaknya?"
"Ada apa?" Calla sudah muak dengan basa-basi seperti ini.
Laki-laki itu hanya tersenyum mengintimidasi. Tapi, Calla tidak takut dengan itu. Justru dia ingin segera mengusir laki-laki yang mengganggu hari-harinya itu.
"Ayahnya ada?" tanyanya.
Calla menggeleng, "ayah belum pulang."
"Pulang jam berapa?"
"Nggak tahu! Nggak nentu juga."
"Saya boleh masuk?" tanyanya sambil melongokkan kepalanya ke dalam rumah.
"Sudah ya, Om. Ayah saya belum pulang. Ibu saya juga nggak di rumah. Silahkan ditunggu di luar saja kalau mau." Calla kesal. Dia mengakhiri perbicangannya dan menutup pintu rumah dengan cepat. Gadis itu segera mengunci pintu sebelum kembali ke dalam rumah.
Calla tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh laki-laki tua itu di luar sana. Gadis kecil itu segera naik ke lantai dua untuk menemui orang-orang yang sejak tadi menunggu kedatangannya.