Another year later...
...
"Habis ini lanjut kuliah apa kerja, Riv? tanya Galen yang tengah mengupas mangga di depannya.
"Nggak tau, Mas. Kayanya sih kerja aja," balas Rivera.
Malam ini, keluarga besar Nenek Amina sedang berkumpul untuk merayakan hari ulang tahun beliau yang ke 65 tahun. Dalam rangka perayaan ini, Nenek Amina mengundang seluruh anak, cucu, dan cicitnya untuk berkumpul walau hanya sekedar makan malam bersama. Dengan pertemuan ini sudah tentu, halaman belakang rumah Nenek Amina menjadi lebih ramai dengan berkumpulnya para cucunya.
"Rencananya kerja di mana, Riv? Udah dapet tempat kah?" tanya Mora, istri Galen yang tak lain adalah kakak iparnya.
"Kemarin sih ada tawaran di counter hp temen, Mbak. Cuman ya gitu, belum gue terima. Nunggu izin dari Ibu dulu."
Mora hanya mengangguk sebagai jawaban. Mereka melanjutkan kegiatan memotong buah lainnya sebelum diracik menjadi es buah. "Nggak mau kuliah dulu, Riv?" tanya Galen yang sedari tadi menahan pertanyaan utamanya itu. Bukan tanpa alasan Galen menanyakan hal ini, karena baginya, sepertinya Rivera terlalu muda untuk bekerja hanya dengan pendidikan terakhir SMA. Galen hanya ingin sekedar memastikan bahwa pilihan adik sepupunya ini benar.
"Gue sih ikut apa kata ibu aja, Mas. Lagian, kalau gue kuliah nanti ibu malah kerepotan sendiri. Belum lagi, biayanya juga mahal kan? Kayanya lebih baik gue kerja aja," jelas Rivera. "Gue ke sana dulu ya," pamit Rivera sebelum dua kakak sepupunya bertanya lebih lanjut tentang dirinya. Jujur saja, Rivera sedikit kurang nyaman saat ditanya rencana masa depannya setelah ini. Dia memilih menjauh agar mood-nya tidak hancur di tengah hari bahagia sang nenek.
Acara makan malam ini sudah dimulai sejak maghrib tadi. Atas usulan Calla, makan malam yang biasanya digelar di ruang keluarga, kini berganti di halaman belakang rumah dengan meja, kursi, serta alat barbaeque yang tertata rapi di sana. Calla dan Gavin bagian memanggang ayam dan ikan atas bantuan dari Rayan-ayah Calla. Di sisi lain, Gretta dan Nazeera-anak dari Galen dan Mora-membantu Shofia menyiapkan salad sayur sebagai pelengkap. Galen, Mora, dan Rivera sendiri bertugas memotong buah-buahan untuk dessert dan bahan pembuat es buah. Tania dan Hira sendiri berada di dapur untuk menyiapkan racikan es buah sambil memasak nasi untuk seluruh keluarganya nanti.
"Call, ini kuenya beli dimana?" tanya Razky-suami Shofia-yang sedang duduk di samping Nenek Amina. Calla yang sedang mengaduk bumbu bakarannya, menoleh ke sumber suara om-nya.
"Bikin sendiri dong, Om! Itu hasil karya aku sendiri loh!" balas Calla dengan senyum manisnya.
"Halah boong banget!" seru Gavin yang sedang membakar sate di sampingnya. Laki-laki yang juga sepupu Calla itu sangat suka menggoda adiknya dengan celetukan randomnya.
"Ish, beneran tau! Ya kan, Yah?" Calla mencoba meminta bantuan dukungan dari sang ayah yang berada tepat di depannya sambil mengatur api.
"Nanti Om minta resepnya, ya? Tumben enak!" balas Razky yang sudah menghabiskan tiga cupcake strawberry di depannya.
"Siyap, Om! Nanti Calla kasih tutorialnya juga!"
"Kaya beneran bisa aja lo, Call!" sahut Gavin yang masih terus menggoda adiknya.
"Loh, kan emang beneran, Mas!" balas Calla tak terima.
"Bohongg!"
"Tau dah! Nyebeliiiiinnn!" Calla mendorong lengan Gavin dengan gemas. Menyalurkan rasa kesalnya karena selalu digoda. Gavin sendiri tak marah, dia malah tertawa puas melihat adik sepupunya kesal.
Gavin dan Calla memang terlihat lebih dekat di antara sepupu yang lain. Meski terpaut jarak cukup jauh dari segi umur, mereka lebih sering satu selera dalam hal apapun. Sedangkan Rivera, dia tiap perempuan yang lebih akrab dengan siapapun termasuk Gavin, Galen, dan Mora. Tetapi, Rivera yang sensitif jarang menjadi korban keisengan Gavin. Berbeda dengan Gavin, Galen yang sudah menikah lebih suka menggoda Gretta yang masih polos dan mudah dibohongi.
"Ini buahnya udah apa belum ya?! Kok nggak di anter-anter ke belakang?" Suara Tania dari arah dapur terdengar lebih kencang meskipun berjarak lumayan jauh dari tempat mereka berkumpul.