Roda Kehidupan

Firsty Elsa
Chapter #5

Kebahagiaan di Rumah

"Lama banget sih? Aku udah nunggu lama tau!" Seorang gadis berkerudung hitam instan itu terus mengomel kala sang kakak datang dengan motor matic-nya.

"Ya mana gue, Ta. Kan lo nggak bawa hp, ya gue nggak tau kalau lo pulang jam segini," kata Calla santai.

"Aku udah bilang sekitar jam satuan, Kak! Kamu datengnya lebih dari sejam!" Gretta terus mengomel sambil memakai helm hingga naik ke jok belakang motor yang dikendarai oleh Calla.

"Bagus sih gue datengnya jam segini, padahal biasanya jam 4, Ta."

"Ya kan kamu classmeet doang, Kak!"

"Ya tetep aja, gue ngurus adiwiyata kelas juga ribet, Ta."

Dua gadis bersaudara itu terus bersahutan meski Calla sudah menjalankan motornya untuk menuju rumah. Calla dan Gretta sering beradu mulut seperti ini. Di rumah pun mereka juga lebih sering berantem seperti ini dibandingkana du fisik. Calla termasuk perempuan yang suka iseng dan menjahili sang adik. Sedangkan Gretta yang memiliki kesabaran setipis tisu harus berhadapan dengan sang kakak yang menurutnya sangat menyebalkan. Rasa kasih sayang yang mereka tunjukkan tidak seperti persaudaraan lainnya. Bisa dibilang, love language mereka adalah psychal attack.

"Beli es dulu yuk!" ajak Gretta saat mereka berhenti di lampu merah.

"Yuk, deket kecamatan aja ya," balas Calla setuju.

"Sama cilok juga ya?"

"Hem, ya deh." Calla yang mengiyakan permintaan adiknya meski dia tahu bahwa ini adalah cara Gretta menguras uangnya.

***

Sore ini, Calla sibuk menyiram tanaman di halaman rumahnya. Sedangkan ayah dan adiknya sedang berlatih voli di jalanan komplek. Sedangkan Hira, dia sibuk meracik pupuk untuk bunga anggreknya. Satu keluarga kecil ini memang selalu bekerja sama dalam hal apupun. Termasuk bekerja sama membersihkan rumah. Setiap sore, mereka pasti melakukan hal ini bersama-sama sekaligus waktu untuk bersama keluarga setelah seharian beraktivitas di luar rumah.

"Bentar lagi ada lomba asgustusan di kecamatan, nanti ikut lomba voli ya, Ta!" seru Hira saat melihat sang anak yang mulai bisa mengontrol posisi bola.

"Iya, Ta. Nanti ibun juga ikut, kan?" Rayan pun menyetujui perkataan sang istri. "Kalau di kecamatan nggak begitu berat saingannya. Masuk tiga besar, bisa deh kayanya."

"Tim-nya Bu Meta itu yang susah kayanya. Ada Ajeng, Rista, sama Dea pastinya," tambah Hira,

"Kalau antar desa, Kak Riv ikut juga nggak sih?" tanya Calla tiba-tiba.

"Iya kalau desanya ngeluarin tim-nya. Kalau enggak, ya nggak bisa," balas Hira.

"Desa Mulyorejo biasanya tim cowonya yang bagus-bagus," kata Rayan mengingat bahwa salah satu temannya ada yang berasal dari desa tersebut.

"Om Eki ya, Yah?" tanya Calla yang mengetahuinya.

"Iya, ada Rendra sama Faki juga."

Obrolan mereka belanjut hingga tiba-tiba suara motor datang masuk ke halaman rumah mereka. Suara Gretta menyapa dua orang yang baru datang itu juga terdengar di telinga Calla yang sedang menyiram bunga di samping rumah.

"Tante Tania ya, Bun?" tanya Calla yang baru saja membantu sang ibunda memindahkan anggrek ke tempat yang lebih tinggi.

"Iya, bener," balas Hira singkat. "Kak coba yang itu ambil sini, siapa tahu mau tumbuh lagi kalau dipancing," kata Hira menyuruh Calla mengambilkan tanaman baby anggrek yang beberapa mati di medianya karena salah perawatan.

"Emang bisa, Bun? Kukira mati mah mati aja," gumam Calla bingung.

"Ya kan siapa tahu, hehe!"

Lihat selengkapnya