Sesuai rencana Rayan dan Hira, liburan kali ini mereka berangkat ke Jogja bersama. Kebetulan juga liburan ini disponsori oleh salah satu rekan Rayan yang memiliki usaha traveling. Sehingga liburan ini bersamaan dengan teman-teman kerja Rayan. Pekerjaannya sebagai kepala sekolah tentu memiliki banyak relasi dari berbagai pihak. Terutama agen travel pariwisata hingga agen kain seragam sekolah. Karena liburan sekolah sudah pasti dilaksanakan secara serentak, teman-teman Rayan yang bekerja sebagai kepala sekolah juga akan libur semester mengikuti siswanya.
Yogjakarta menjadi pilihan mereka karena memiliki banyak pilihan tempat wisata dari wisata alam hingga wisata kulinernya yang khas. Selain itu, kota Yogjakarta juga menawarkan nuansa liburan yang hangat dengan pelayanan masyarakatnya yang terkenal akan keramah-tamahannya. Sangat cocok untuk tempat liburan para ibu dan bapak kepala sekolah.
Pagi dini hari tepat pukul dua pagi, Rayan membawa keluarganya untuk ke titik kumpul yang ditempatkan di sekolah Calla. Sekolah Calla dipilih karena terletak tepat di tengah-tengah kota sehingga memudahkan akses bus pariwisata menemukan lokasinya.
"Kok ke sekolah Kak Calla sih, Yah?" tanya Gretta begitu sadar bahwa mobil yang dinaikinya berhenti di halaman sekolah kakaknya.
"Iya, kan nanti bus-nya dari sini," balas Rayan setelah selesai memarkirkan mobilnya di tempat yang teduh.
"Kak Cal, kelasmu yang mana?" tanya Gretta setelah turun dari mobil dan menatap bangunan sekolah kakaknya yang luas itu.
"Di belakang, sebelahnya kantin sama GOR. Enak kan?" balas Calla sambil menurunkan koper dari bagasi mobil.
"Ih, enak banget! Kelasku aja jauh loh dari kantin!" seru Gretta antuasias. Gadis itu memiliki perubahan mood yang sangat cepat. Padahal belum ada lima menit dari dia bangun tidur selama perjalanan dari rumah ke sekolah ini.
"Sudah-sudah, ayo Gretta ini dibantu kakaknya bawa tas," kata Hira. Gretta mengambil ransel miliknya dan milik kakaknya. Ransel mereka tidak terlalu besar karena memang hanya berisi skincare dan mukena untuk sholat selama di perjalanan wisatanya nanti. Sedangkan baju dan lainnya ada di koper yang dibawa ayahnya.
"Woaahh, itu bus-nya dateng, Bun!" teriak Gretta kagum melihat bus pariwisata premium berhenti di depan sekolah. "Kita dapet duduk di depan nggak, Bun?"
"Husst! Pelan-pelan, Ta!" seru Calla mengingatkan.
"Eh, sorry..."
Mereka lanjut masuk ke dalam bus usai memastikan koper miliknya masuk ke dalam bagasi bus. Di dalam bus itu setiap kursinya sudah di siapkan selimut dan kardus kotak berisi makanan ringan sebagai camilan serta air mineral satu botol. Rayan dan Hira mengambil duduk di barisan empat dari depan, sedangkan Calla dan Gretta berada di belakangnya. Di sisi kanan orang tuanya ada pasangan suami istri yang sangat familiar bagi Calla dan Gretta. Mereka adalah Tante Arum dan Om Fauzi. Sedangkan di sebelah Calla ada dua anaknya yang belum mereka ketahui namanya. Setahu Calla, Tante Arum dan Om Fauzi adalah teman dekat orang tuanya yang pernah datang ke rumah saat lebaran tiba. Karena itu, Calla menganggap mereka adalah teman dekat.
"Calla sudah besar ya, kelas berapa, Nak?" tanya Arum sambil memberikan dua susu kotak pada Calla dan Gretta.
"Eh, makasih, Tan," balas Calla sambil menerima susu pemberian Arum. "Mau kelas tiga SMA sih, Tan."
"Oh berarti adik kelasnya Reiga ya?"
Calla melirik seorang yang disebut namanya. Sejujurnya pun Calla sudah tahu bahwa kakak kelasnya itu adalah anak dari teman ayahnya. "Iya, Tan, setahun bawahnya Kak Reiga."
"Lah, tau gitu kemarin-kemarin kalau ada apa-apa bisa nitip kamu, Cal!" Arum terlihat sedih saat tahu bahwa anak temannya ternyata satu sekolah dengan anaknya sendiri. Bisa-bisanya dia baru tahu tentang fakta ini. "Kamu kok ya nggak bilang Mama kalau satu sekolah sama Calla, Mas!" omel Arum pada anak sulungnya.
"Ya Mama nggak nanya juga kok," balas Reiga tak terima.
"Haish, mana sekarang kamu sudah lulus. Ya telat dong ini taunya."
"Loh iya ya, Reiga jadinya lanjut kuliah dimana, Mbak?" tanya Hira saat teringat bahwa temannya itu pernah bercerita bahwa anaknya mau lanjut kuliah.
"Ke Malang kayanya, Mbak. Nggak tahu itu mau ambil dimana!" jawab Arum yang melirik sang anak. "Kemarin katanya keterima kedokteran di UIN Malang. Itu jadi kamu ambil apa nggak, Mas?"
Reiga yang hendak menutup matanya seketika melirik sang ibu. "Iya, Tan, Mah, ambil di sana aja, yang deket juga," balas Reiga dengan tenang.
Calla yang melihat interaksi lucu itu hanya terkekeh pelan. Sejujurnya dia paham bahwa mengahdapai ibu-ibu itu sangat merepotkan. Tetapi sebagai seorang anak tentu tidak mungkin menolak keinginan sang ibunya.
Perjalanan menuju Yogyakarta akan memakan waktu kurang lebih 6 jam lewat darat. Mereka akan berhenti 3x di rest area untuk beribadah, sarapan, dan makan siang. Meski begitu, perjalanan terasa menyenangkan karena para bapak dan ibu suka bercanda ria di dalam bus. Apalagi kalau musik sudah berganti dengan lagu-lagu favorit mereka, tentu suasana semakin ramai dengan suara nyanyian mereka.
Calla dan Gretta yang aslinya masih sangat mengantuk, memilih untuk tidur di tengah keramaian bus. Bagi mereka, ramai suara nyanyian itu terdengar sebagai senandung lagu pengantar tidur. Di sampingnya pun sama, Reiga dan adiknya juga memilih tidur karena merasa minoritas di bus yang mereka tumpangi ini.
***
Yogyakarta adalah kota yang penuh pesona, menawarkan keindahan yang tak hanya terlihat, tetapi juga terasa. Setiap sudutnya menyimpan kehangatan, setiap detiknya mengundang untuk dihayati. Di kota ini, kita tidak hanya menjadi wisatawan, tetapi juga bagian dari cerita yang hidup, cerita tentang kebersamaan, keindahan, dan keabadian.
Bagi Calla, berkunjung di kota ini adalah bagian dari rencana hidupnya. Di usianya yang hampir menyentuh tujuh belas ini, dia memiliki mimpi untuk mengelilingi dunia. Meski sekarang liburannya bersama orang lain, Calla tetap berharap suatu saat dapat kembali ke sini dengan perasaan yang masih sama. Sama-sama tetap mengagumi keindahan setiap sudut kotanya.