Pondok Pesantren Al-Taubah berlokasi di Desa Ngenuk, Kajen, Kabupaten Pekalongan. Posisinya tidak jauh dari jalan raya penghubung antarkecamatan. Di pondok pesantren yang berhawa sejuk karena masih banyak pepohoan itu terdapat beberapa bangunan yang membentuk semacam kompleks. Selain rumah tinggal Kiai Kholil dan istrinya, ada juga masjid, asrama untuk saantri laki-laki serta asrama untuk santri perempuan. Kedua asrama itu letaknya berjauahan; dipisahkan rumah. Selain itu ada juga kebun sayur dan lapangan yang biasa digunakan para santri untuk berolahraga setiap hari Minggu.
Sebelumnya, Dulah dan keduanya orang tuanya cukup sering berkunjung ke pondok pesantren yang berlokasi di pinggiran kota kabupaten itu. Namun, biasanya tidak sampai menginap. Terakhir, tiga bulan yang lalu; usai Dulah menerima pengumuman kenaikan Kelas X. Pendiri sekaligus pemilik Pondok Pesantren Al-Taubah adalah Kiai Kholil, kakak kandung mamanya Dulah. Dari sang mama, Dulah pernah mendengar kisah tentang bagimana pamannya berjuang keras untuk bisa mendirikan pondok pesantren.
Setelah lulus SMP, Kholil minta kepada bapaknya agar dimasukkan ke pondok pesantren untuk memperdalam agama Islam. Sang bapak yang kiai kampung menuruti permintaan sang anak dengan senang hati. Pondok pesantren milik temannya di daerah Demak yang jadi pilihan sang ayah. Kholil belajar di pondok pesantren pimpinan Kiai Mukti sepuluh tahun lamanya. Karena tergolong pandai dan akhlaknya baik, bahkan Kiai Mukti lalu mengawinkan Kholil dengaan anak perempuannya. Naamun, belum juga genap setahun menikah, Kiai Mukti memberi tugas kepada Kholil yang cukup berat.
"Lil, sebaik-baik ilmu, adalah ilmu yang bermanfaat bagi orang lain!" kata Kiai Mukti waktu itu.
"Iya, Kiai!" jawab Kholil tanpa tahu maksud ucapan guru ngajinya.
"Pergilah ke Pekalongan! Dirikan pondok pesantren di sana!"