Rodan Rodin

HAA
Chapter #9

Kembar Berkopiah di Masjid

Persoalan dua orang kembar itu terbawa dalam pikiran Dulah, bahkan hingga ia tiba di pondok pesantren. Meskipun begitu, ia tidak memberitahu hal itu kepada Kiai Kholil atau siapa pun. Ia bukannya paranoid. Cuma penasaran.    Ada sesuatu pada diri dua orang itu yang membuat hati dan pikirannya tergelitik

Dulah langsung menuju kamarnya; sudah menjelang pukul lima. Sama seperti sekolahnya di Jakarta yang kini tinggal kenangan, SMA Negeri 1 Kajen juga menggunakan sistem lima hari sekolah; Sabtu libur.

Sementara itu, suara anak yang sedang belajar mengaji di masjid terdengar hingga ke kamar Dulah dan seakan-akan mengingatkannya bahwa bacaan ngajinya masih berantakan, perlu diperbaiki; dibuat lebih fasih lagi. Juga bacaan salatnya, pun membaca Al-Quran-nya.

 Dulah melepaskan seragam sekolah; menggantinya dengan kaus oblong dan celana pendek. Ia lalu membuka tas yang hanya berisi beberapa buku; belum sempat pinjam buku paket dan modul ke perpustakaan. Diambilnya kalung berbahan kulit yang meringkuk di dasar tas, dikenakannya di leher, lalu mematut-matutnya di depan cermin lemari.

Di saat Dulah sedang bergaya bak peragawan, tiba-tiba Tadho datang. Cepat-cepat Dulah memasukkan bandul kalung seukuran uang koin seratusan zaman dulu itu ke balik kaus. Khawatir dilaporkan ke Kiai Kholil, lalu dirampas. 

Pemuda seumuran Dulah itu berdiri di depan pintu dan bersikap sangat hormat. Ia mengucap salam sambil membungkukkan kepala.

“Ada apa, Mas?” Dulah gegas menghampiri.

Tadho memberitahu bahwa dirinya disuruh Kiai Kholil untuk membimbing Dulah membaca dan menulis Arab. Khususnya membaca Al-Quran.

“Bareng dengan mereka?” Dulah mengarahkan tangannya ke arah masjid yang riuh oleh suara anak-anak yang sedang belajar bahasa Arab.

Tadho tersenyum, “Memangnya Mas Arsyad mau?”

Dulah tidak menjawab, pilih menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. “Dimulai kapan? Sekarang?” tanyanya sesaat kemudian.

Lihat selengkapnya