Pak Gun bermimpi berada di dalam sebuah rumah yang mirip dengan rumahnya zaman dulu. Ia merasakan dirinya saat itu sebagai anak kecil. Ia sedang berjalan menuju sebuah kamar. Ia membuka pintu kamar itu, ternyata sebuah gudang. Keadaannya sangat gelap.
Gunarso kecil perlahan melangkah masuk ke dalam. Tiba-tiba pintu gudang tertutup sendiri. Ia sangat kaget dan berusaha membukanya, tapi tak bisa. Saat sedang kebingungan, terdengar di pojok ruangan ada suatu suara benda jatuh. Gunarso menoleh dan matanya menangkap suatu gerakan di tempat gelap. Ia memicingkan matanya untuk melihat lebih jelas.
Sebuah tangan berupa tulang putih muncul dari kegelapan, diikuti perlahan bagian-bagian tubuh lainnya hingga seluruh wujudnya terlihat utuh. Satu mahluk berupa kerangka manusia berdiri tegak di depannya. Hati Gunarso berdesir ngeri.
Belum sempat ia berpikir panjang, dari ketiga sudut ruangan muncul tiga kerangka manusia lainnya yang berjalan mendekatinya tertatih-tatih. Gunarso kecil dalam posisi terkepung. Rasa takut mulai menjalar ke seluruh tubuhnya hingga gemetar. Rasa takut itu makin lama makin besar. Ia tidak bisa kemana-mana karena kakinya serasa lemas dan tidak bertenaga untuk digerakkan. Puncaknya saat tangan-tangan kerangka itu mulai menggapainya. Gunarso menjerit keras.
Pak Gun terbangun di tempat tidurnya. Agak terengah-engah dan berpeluh dingin. Hari sudah mulai pagi. Mimpi yang cukup menegangkan. Nampak perawatnya dengan sigap datang dan mengelap keringat di wajah dan leher Pak Gun. Perasaan Pak Gun berangsur-angsur tenang.
Pagi beranjak siang. Pak Gun nampak dimandikan oleh perawatnya, kemudian asisten rumah tangga mengirimkan makanan ke kamar. Pak Gun segera melahap sarapan paginya sambil berbincang ringan dengan Syafri.
"Kamu asli dari daerah mana Syafri?" Pak Gun bertanya.
"Dari Jawa Barat Pak. Karangampel."