Sukabumi
"Reeey! Coba tolongin Mama dulu sini!"
Seruan itu otomatis membangunkan sosok laki-laki berusia 18 tahun yang sedang bermalas-malasan di ranjangnya itu. Lelaki yang dipanggil Rey itu segera meninggalkan kasur empuk kesayangannya lalu bergegas untuk menghampiri mamanya yang barusan memanggil dari dapur.
"Kenapa, Ma?" Tanya Revan dengan wajah setengah menahan kantuk.
Mamanya menodong pisau begitu saja ke depannya tanpa bicara apapun.
"Astaghfirullahaladzim, Mama!" Mata Rey membelalak. Ia mengusap-usap dadanya gusar karena dirinya juga masih kaget dengan todongan pisau tersebut. "Istighfar, Maaa. Mama tega ngebunuh anak sendiri? Anak ganteng satu-satunya gini juga, mana masih jomblo lagi."
Mamanya menatapnya datar, "Apa, sih, ini anak? Cepetan bantuin Mama masak dulu. Kalau nggak cepat selesai nggak makan-makan nanti kamu."
"Hmm," Rey membalasnya dengan dehaman malas.
Keadaan dapur sederhana di siang hari itu memang terlihat biasa. Yang tidak biasa adalah suasana hati Rey saat ini. Ia merasa bosan. Merasa gelisah karena tidak melakukan apa-apa sejak tadi pagi. Merasa dirinya terlalu kosong.
Libur akhir semesternya baru berlangsung 4 hari, namun Rey merasa bahwa dirinya memang ternyata tidak butuh-butuh amat untuk merasakan yang namanya libur akhir semester. Apa yang akan membuat dirinya senang jika liburannya seperti ini? Hanya diam di rumah sambil mendengarkan musik di dalam kamarnya. Dengan dua bungkus kuaci dan satu kantong plastik untuk membuang sampah dari kuaci tersebut seraya membuka-buka pesan-pesan di LINE dan WhatsApp-nya yang tak pernah ia buka selama beberapa bulan itu.
Rey memang tipe orang yang tidak mau berurusan dengan banyak orang, makanya ia jarang berinteraksi dengan siapapun termasuk dengan teman-teman sekelasnya. Walau begitu, Rey juga memiliki 5 teman dekat yang selalu menghabiskan waktu istirahatnya bersama.
Terlalu sepi. Itu yang saat ini menggambarkan dirinya, hatinya.
Revan Dinata, panggilannya Rey. Lahir tahun 2001, saat ini berumur 18 tahun. Lahir dan tinggal di Sukabumi. Bahasa sehari-harinya adalah bahasa Sunda campur Indonesia. Kulitnya-lumayan-putih, bersih. Alhamdulillah memiliki wajah yang ganteng. Hidup di keluarga yang sederhana. Kuliah di universitas swasta dekat rumahnya. Berada di jurusan D3 Teknik Komputer. Dan ia adalah orang yang akan berbicara hanya jika ada orang lain yang mengajaknya bicara duluan.
"Ini habis dikupas mau diapain lagi, Ma?"
"Ya diulek atuh, A," sahut mamanya seraya menggoreng tempe yang sudah dibaluri dengan bumbu itu.