Kemarin Sehun bercerita pada Ayka bahwa dirinya adalah orang Sunda. Ayka tidak tahu bahwa orang yang tinggal di Sukabumi itu memiliki suku Sunda, makanya ia bertanya dan memastikan. Sehun bercerita panjang dan Ayka mendengarkan—anggap saja mendengarkan, padahal membaca—dengan sangat antusias.
Ayka suka orang Sunda, apalagi spesies laki-lakinya. Ia yang notabene orang Bekasi tahu betul bahwa lelaki Sunda bicaranya halus—kecuali kalau lagi sama temannya. Ayka mulai menyukai orang Sunda saat ia berkunjung ke Bandung jauh sebelum dirinya kuliah di Bandung. Saat itu Ayka sedang membeli tahu crispy di pinggir jalan.
“Kang, sepuluh ribu, ya.”
“Siap, Neng!”
Sembari menunggu tahu-tahu crispy itu disediakan serta dibumbui, Ayka memilih untuk bermain ponsel. Namun tiba-tiba seseorang yang diyakini sebagai teman si tukang tahu crispy ini mengajak ngobrol si tukang. Obrolannya terdengar asyik sekali, Ayka hingga sesekali melirik mereka yang mengobrol dengan serunya. Naik turun intonasi mereka membuat Ayka tertarik untuk mendengarkan seluruh percakapan mereka. Walau tidak mengerti sepenuhnya, namun mereka berbicara memakai bahasa campuran (Sunda-Indonesia). Dan sejak saat itulah Ayka menyukai orang Sunda.
Hannie:
Selamat pagi aa ganteng 😳 Aa udah bangun belum? Udah mandi belum? Sarapan?
sehun:
selamat pagi eneng cantik 😳 ini baru bangunn, belum mandi hehe 😁 ini baru mau sarapan
Hannie:
Sarapan pakai apa??
sehun:
pakai cinta dari kamu
Hannie:
Ai Aa bisa ajaa >< Serius atuh mam pakai apaa?
sehun:
hehe pakai nasi uduk yang tadi dibeliin ayah
Hannie:
Ayah sama Mama hari ini gak ke Lapang Merdeka?
Ayka tahu sedikit tentang nama-nama tempat di Sukabumi karena Rey suka bercerita ke manapun ia pergi.
sehun:
ga, lagi pada males kayaknya
Hannie:
Sehun, kamu tampan. Belum berbuat apa-apa saja aku sudah mencintaimu, gimana sudah berbuat?/?
sehun:
hannie...
Rey merasa bahwa dirinya harus bersiap-siap menghadapi sosok Hannie yang mulai mengambil perannya sebagai dominan.
Hannie:
Kamu tau kenapa aku selalu tidur larut malam?
sehun: